Ijtihad IMM untuk Membangun Bangsa yang Berkemajuan

Ijtihad IMM untuk Membangun Bangsa yang Berkemajuan
Ijtihad IMM untuk Membangun Bangsa yang Berkemajuan

Oleh Arifudin

Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Di usia yang tidak muda lagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tidak pernah berhenti berkarya. Eksistensi IMM selama 60 tahun tidak pernah vakum akan kontribusi nyata terhadap pembangunan republik ini. Betapa pun “Saya mengajak kepada seluruh kader untuk merapatkan barisan kembali kepada khittah perjuangan IMM.”

Usaha untuk membantahnya, fakta ini akan terus mengaktualisasi seiring dengan semakin matangnya kapasitas organisasi dalam menanggapi dinamika sosial yang terjadi di tengah kehidupan kebangsaan dan keumatan. Ratusan ribu kader IMM yang terbentang dari Sabang sampai Merauke masih berada di garis terdepan dalam mengartikulasikan identitas diri mereka melalui kerja-kerja nyata. IMM terus meneguhkan eksistensinya sebagai living organization. IMM terus tumbuh, belajar, dan menyesuaikan diri terhadap tantangan zaman yang dialamatkan kepadanya. Meskipun belakangan ini rongrongan dari pihak eksternal semakin gencar untuk memecah belah kesolidan internal, tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat kita untuk terus bergerak terus berpegang pada kebenaran dan menyerukan pembaharuan.

Sebagaimana Firman Allah SWT:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang- orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al-Hujurat [49]: 15).

Selanjutnya, izinkan saya untuk memberikan penegasan bahwa momentum Milad IMM ke-60 tahun ini adalah saat yang tepat untuk kembali mengkontekstualisasikan arah perjuangan organisasi dengan merefleksikan segenap pencapaian yang telah kita raih selama ini. Dalam tulisan ini saya mengajak kepada seluruh kader IMM untuk merapatkan barisan kembali kepada khittah perjuangan dengan senantiasa menjadikan Islam sebagai sumber nilai, motivasi, dan inspirasi demi menyongsong masa depan Indonesia yang lebih baik.

Beberapa prasyarat menjadi negara maju telah kita genggam. Data Bappenas menunjukkan bahwa penduduk usia produktif Indonesia di 2010 sebanyak 66,5 persen dan diproyeksikan akan terus meningkat menjadi 68,1 persen pada 2028-2031. Besarnya jumlah penduduk usia produktif ini adalah dasar yang cukup kuat untuk menjadi negara maju. Berangkat dari data demografi ini dan beberapa indikasi makro ekonomi lainnya, Indonesia diramalkan akan menjadi salah satu singa perekonomian dunia di masa yang akan datang. Hal yang perlu kita waspadai adalah kesiapan dari institusi ekonomi dan politik untuk menjamin terjadinya distribusi kesejahteraan yang adil kepada seluruh rakyat Indonesia. Ironisnya, laju pertumbuhan yang selama ini kita elu-elukan gagal mengatasi tingkat ketimpangan yang justru semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Ketimpangan pembangunan ini secara langsung mengancam integritas nasional yang selama ini kita jaga. Kekhawatiran ini tentunya beralasan jika kita mencermati maraknya gerakan separatis dan instabilitas politik di berbagai daerah yang belakangan ini memasuki tensi yang meninggi. Krisis kepercayaan tersebut, mensyaratkan pembaharuan legitimasi dari masyarakat secara aktif yang hanya dapat tercipta melalui karakter kepemimpinan nasional yang kuat. Bangsa ini telah cukup dengan keterpurukan. Untuk dapat bangkit, kita membutuhkan lebih dari sekedar citra semu, kewibawaan yang dibuat-buat, ataupun produk komunikasi politik yang hanya bertujuan untuk menarik simpati masyarakat.

Bangsa ini membutuhkan teladan tanpa kedok yang mampu mensinergikan antara ucapan dan perbuatan. Sudah terlalu lama bangsa ini merindukan kehormatan sebagai bangsa yang kuat yang tak mudah didikte oleh pihak asing. Sudah saatnya Indonesia menjadi tuan rumah di negaranya sendiri! Cita-cita untuk membangun kedaulatan dan tegaknya martabat bangsa hanya dapat dicapai melalui penanaman aspek integritas dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana firman Allah SWT:

“Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. As-Saff [61]: 1-4)

Jalan yang ditempuh tidaklah mudah. Kita sudah melewati pemilihan umum secara serentak 2024. Kontestasi politik terbesar di republik ini akan menentukan kualitas tata kelola kenegaraan selama lima tahun mendatang. Pemilihan umum ini harus memastikan bahwa ruling class yang terpilih memiliki kapasitas yang mumpuni dalam menyelesaikan krisis multidimensional yang tengah mendera. Sebagai civil society, IMM dituntut untuk mengawasi jalannya proses demokratisasi agar steril dari free rider yang memanfaatkan peluang ini untuk kepentingan mereka sendiri. Sembari menjaga optimisme warga negara yang selama ini dirundung apatisme massal akibat perilaku korup dari penyelenggara negara. Proses pembangunan mau tidak mau harus menjamin bahwa keadilan sosial menjadi domain rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Dengan tema milad IMM “Seutuhnya Indonesia” ini merupakan konsepsi akan kebulatan sikap IMM dalam membangun pondasi masa depan Indonesia. IMM diharapkan mampu mengembalikan kader-kadernya di tengah- tengah masyarakat. IMM harus menjadi pemberdaya dan membawa api perubahan. mendorong kekuatan sipil, meningkatkan kapasitas warga di berbagai bidang serta menjadi jembatan advokasi atas kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat. Seutuhnya Indonesia ini adalah membangun optimisme di tengah masyarakat sehingga mereka dapat berdaya dalam memahami bahwa proses demokratisasi di Indonesia harus terus diperkuat dan diperdalam.

Sebagai penutup, penulis ingin kembali mengingatkan kepada kita semua bahwa IMM bukanlah organisasi kemarin sore yang gamang dalam bergerak. Sejarah telah mematangkan cara pandang dan mentalitas ikatan ini dalam konsistensi yang kokoh untuk menjawab “Basic Demand Indonesia.” Tantangan akan keindonesia kita di masa yang akan datang akan lebih sulit dibanding yang kita bayangkan sebelumnya. IMM dituntut untuk terus menyemai Kualitas berlomba-lomba dalam kebaikan dalam diri setiap kader yang nantinya akan menerjemahkan pesan universal Islam dalam upaya meneguhkan identitas kita sebagai bangsa yang besar. Dimensi ilahiah yang termanifestasi dalam sikap keteladanan inilah yang menjadi aspek kunci yang harus terus diketengahkan dalam upaya membangun bangsa yang berintegritas.*

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*