Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) sebagai salah satu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) turut serta membawa Muhammadiyah sebagai organisasi yang diperhitungkan. Begitulah yang disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dalam Silaturahmi dan Koordinasi dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Ahad (26/5/2024) di SM Tower Malioboro, Yogyakarta.
Haedar menuturkan dari 172 PTMA, 60 persen diantaranya masih berada dalam tingkatan menengah ke bawah. Oleh karena itu, diperlukan langkah untuk mengangkat PTMA yang berada di tingkatan menengah ke bawah menjadi relatif lebih dekat dengan yang berada di tingkatan atas. Salah satunya adalah dengan menjadi satu kesatuan dan saling menguatkan. “PTMA tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus saling menguatkan. Oleh karena itu, PTMA harus menjadi satu kesatuan. Kesatuan tidak perlu dipandang sebagai ancaman bagi PTMA, tetapi sebagai potensi untuk saling menguatkan satu sama lain,” tegas Haedar.
Haedar berpesan PTMA harus membangun sistem yang dirumuskan bersama dan disahkan oleh PP Muhammadiyah. Selama ini, pengambilan keputusan antar PTMA terbilang rumit dan memakan waktu lama. Diperlukan konsolidasi antar PTMA agar semakin solid ke depannya. “Setidaknya PTMA harus menjalin tiga konsolidasi, yakni konsolidasi keuangan, konsolidasi sistem, dan konsolidasi kebijakan strategis. Dengan begitu, PTMA akan jauh lebih mudah melangkah bersama,” ujarnya.
Terakhir, Haedar berpesan agar PTMA terus progresif agar tidak tertinggal. Ia mengamati selama ini Muhammadiyah terjebak di zona nyaman sehingga lupa meningkatkan kualitas. PTMA harus progresif namun tetap moderat. “Jika kita tidak progresif, kita akan tertinggal. Kita tidak bisa bertahan dengan apa yang ada sekarang, kita tidak bisa terus-terusan ada di zona nyaman,” pungkasnya. []cal
Be the first to comment