Tim Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil memanfaatkan tanaman St. John’s Wort menjadi plester hidrokoloid sebagai alternatif pertolongan pertama luka bakar. Berkat inovasi itu, mereka sukses menyabet medali emas dalam kompetisi “International Science and Invention Fair (ISIF) 2023” yang berlangsung di Universitas Udayana, Bali pada Selasa–Sabtu, (7-11/11/2023).
Mahasiswa FKG UMS itu beranggotakan Dhiya’ Nada Putri (Pendidikan Dokter Gigi 2020), Nada Utari Rusmanda (Pendidikan Dokter Gigi 2021), Alya Aqila Majid dan Amara Syifa Tifani (Profesi Dokter Gigi). Pada kompetisi yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) ini, mereka berhasil menjadi kampiun untuk kategori Life Science dengan topik utama luka bakar.
Inovasi yang dikembangkan tim mahasiswa FKG UMS ini mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya tahan air, kandungan St. John’s Wort lebih menyerap ke kulit, dan luka bakar menjadi steril. Di mana, plester hidrokoloid itu mengandung povidone, sejenis antiseptik untuk membunuh bakteri penyebab infeksi serta campuran minyak zaitun yang membantu mengaktifkan zat-zat yang ada di dalamnya.
Berawal dari PKM
Dhiya’ Nada Putri menceritakan awal mula pembuatan plester luka bakar berbahan tanaman St. John’s Wort saat ia mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2023. “Tema yang diangkat saat PKM 2023 itu tentang minyak tanaman St. John’s Wort yang diaplikasikan pada penyakit ulkus di rongga mulut. Objek penelitiannya menggunakan tikus diabetes,” tutur mahasiswa yang akrab disapa Dhiya’ itu.
St. John’s Wort adalah tanaman berbunga kuning dengan nama latin Hypercium perforatum. Tanaman ini tumbuh subur di Eropa dan dimanfaatkan dalam dunia pengobatan tradisional sejak zaman Yunani kuno, seperti mengobati penyakit ginjal, paru-paru, insomnia, depresi, termasuk membantu penyembuhan luka.
Seiring berjalannya waktu, Dhiya’ kemudian membentuk tim untuk membuat plester luka bakar berbahan tanaman St. John’s Wort. Ia menyadari jika sudah banyak riset mengenai pemanfaatan tanaman St. John’s Wort sebelumnya. Akan tetapi, ia belum menemukan hasil riset dalam bentuk sediaan plester luka bakar dan membuatnya semakin yakin untuk mengembangkan ide tersebut
“Sebelumnya saya pernah membaca hasil uji coba tanaman ini pada orang yang dicabut giginya. Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang menggunakan tanaman St. John’s Wort mengalami penyembuhan perdarahan yang lebih cepat dibandingkan mereka yang tidak menggunakannya. Makanya saya coba kombinasikan untuk ulkus yang kemudian digunakan juga untuk luka bakar,” tambah Dhiya’.
Lebih lanjut, Alya, menjelaskan alasannya memilih tanaman St. John’s Wort karena mengandung sejumlah senyawa yang bisa mempercepat proses penyembuhan luka. “St. John’s Wort itu mengandung senyawa hyperforin yang dapat membantu proses penyembuhan luka dengan cara menginisiasi proses proliferasi atau pembentukan sel-sel baru. Sehingga tanaman ini sangat cocok digunakan sebagai pertolongan pertama pada luka bakar,” terangnya.
Bagi Alya, luka bakar itu harus dalam keadaan steril, tidak boleh terkena air dan udara terbuka. Sementara, cara mengobati luka bakar yang paling umum digunakan di masyarakat adalah pemberian salep luka bakar. Ia menilai pemberian salep oles tersebut kurang efektif. Hal ini dikarenakan salep luka bakar akan mudah hilang karena bisa menempel pada baju atau hilang terkena air.
Proses Uji Coba
Alya menuturkan bahwa untuk membuktikan khasiat tanaman St. John’s Wort dalam mempercepat proses penyembuhan luka bakar, ia bersama timnya membutuhkan waktu satu bulan hingga berhasil. “Kemarin kami uji coba pada tikus galur wistar. Bulunya kami cukur dulu lalu membuat perlukaan dengan menempelkan besi panas pada masing-masing tikus. Lalu kami aplikasikan plester hidrokoloid,”.
Selama proses uji coba pengamatan hari ketujuh, mereka menemukan bahwa kandungan minyak tanaman St. John’s Wort terbukti bisa mengeringkan luka. Luka bakar pada tikus yang diolesi minyak tanaman St. John’s Wort lebih cepat mengering dibandingkan tikus yang tidak diolesi minyak.
Meskipun demikian, Alya menjelaskan bahwa penggunaan minyak tanaman St. John’s Wort hanya terbatas pada luka bakar derajat satu dan dua. “Kami berfokus pada luka bakar derajat satu dan derajat dua. Karena luka bakar derajat tiga itu sudah dalam (lukanya) sehingga membutuhkan pertolongan medis yang lebih profesional,” imbuh Alya. [] Ron
Be the first to comment