Diabetes merupakan salah satu penyakit yang dapat dikatakan menjadi mimpi buruk bagi penderitanya. Bukan tanpa alasan, hal tersebut didasari oleh fakta yang menunjukkan bahwa diabetes adalah salah satu dari tiga penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi di Indonesia sejak tahun 2014. Bahkan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyebutkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat kedua sebagai penyakit penyerta atau komorbid terbanyak pada kasus orang terinfeksi COVID-19 yang berujung pada kematian.
Tak heran jika permasalahan penyakit diabetes menjadi hal serius yang kerap menyita perhatian, terutama di kalangan anak muda yang nyatanya juga tak terhindarkan dari penyakit satu ini. Banyak penelitian dilakukan guna menemukan alat untuk meminimalisir resiko dari penyakit ini. Salah satunya yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menggunakan permen dari kulit salak.
Bukan hanya menjadi jawaban dari permasalahan penyakit diabetes, munculnya terobosan membuat permen yang berasal dari sari buah dan ekstrak kulit salak ternyata bermula dari kondisi para petani salak yang harus menghadapi penurunan pendapatan. Kondisi tersebut terutama dihadapi oleh kelompok petani yang berada di wilayah Srumbung, Magelang, sebagai akibat dari berkurangnya angka penjualan salak sepanjang pandemi. Padahal, selama ini wilayah tersebut dikenal sebagai lokasi sentral buah salak yang keberadaannya sangat diandalkan oleh masyarakat setempat, dan hampir separuh penduduk Srumbung menanam salak di area kebun yang mereka miliki.
Ia adalah Aulia Nur Aeni Kholisoh, salah satu mahasiswi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM). Tentu tidak sendiri, dia bersama tiga orang temannya yaitu Ginna Ervarizki yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB), serta Nafis Muhimmatul ‘Ulya dan Vera Nurohmah Indrawati yang berasal dari Fakultas Biologi, akhirnya mengembangkan secara bersama-sama permen anti diabetes sebagai hasil olahan dari buah salak.
Keempat mahasiswa tersebut awal mulanya mengembangkan permen anti diabetes yang dimaksud lewat sebuah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan yang ada di kampus mereka. Menariknya, permen yang diberi nama Salacca Soft Candy ini tidak hanya memanfaatkan sari buah salak saja, melainkan juga salah satu bagian yang selama ini lebih umum dianggap sebagai sampah yaitu kulitnya.
Digunakannya bagian kulit untuk ikut diolah menjadi bahan baku pembuatan permen anti diabetes ini tentu bukan tanpa alasan. Aulia memastikan bahwa ekstrak kulit salak aman dikonsumsi setelah melalui proses pengolahan yang aman, dan memiliki manfaat khusus berdasarkan berbagai literatur yang telah dipelajari bersama dengan teman-temannya.
“Dari beberapa literatur disebutkan kulit salak mengandung zat bioaktif seperti flavonoid, fenolik, antioksidan, dan zat aktif lain yang berfungsi menstabilkan kadar gula darah dengan menghambat enzim α-glukosidase,” jelas Aulia.
Memastikan bahwa permen ini aman sebagai makanan anti diabetes, dalam proses pembuatannya tidak digunakan gula sebagai pemanis, melainkan madu murni dengan kadar 38 persen untuk memberikan rasa legit khas permen. Pemilihan madu sebagai pemanis tidak hanya menambah rasa manis, melainkan karena madu mengandung zat antioksidan yang berfungsi sebagai imun booster saat pandemi.
Secara lebih jelas, Ginna yang juga terlibat dalam pengembangan ini menyatakan bahwa permen tersebut aman untuk dikonsumsi oleh semua kalangan baik usia anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Dijelaskan bahwa dalam satu kemasan permen anti diabetes tersebut, terkandung protein yang berfungsi sebagai zat pembangun, dan vitamin C yang berfungsi sebagai imun booster. Salacca Soft Candy sendiri saat ini telah diluncurkan ke pasar serta konsumen lokal dan dijual dengan harga 8 ribu rupiah untuk kemasan dengan berat permen 50 gram.
Reporter : Sri Fatimah
Editor : Sakinah
Be the first to comment