Promosi dan jejaring untuk meningkatkan mahasiswa baru menjadi hal yang harus dihadapi oleh setiap perguruan tinggi menjelang dimulainya tahun akademik, tak terkecuali PTMA. PTMA perlu menyusun strategi dan memikirkan solusi untuk dapat menggaet mahasiswa baru untuk mendaftarkan diri. Akan tetapi, selain poin-poin dalam daftar yang disebutkan untuk dipikirkan oleh internal PTMA, tantangan lainnya bisa saja datang dari luar jangkauan, mulai dari pola pikir masyarakat hingga kompetitor universitas.
Tantangan dari Berbagai Penjuru
Sebagai perguruan tinggi swasta, kehadiran perguruan tinggi negeri yang memiliki strategi promosi peningkatan mahasiswa baru tidak dapat dimungkiri menjadi tantangan tersendiri. Hal ini disampaikan oleh Dr Doddy Irawan ST MEng, Rektor UM Pontianak, bahwa kebanyakan calon mahasiswa cenderung mengikuti program-program seleksi nasional perguruan tinggi negeri. “Apalagi, selain SNBP dan SNBT, pelaksanaan tes mandiri sebuah PTN bisa sampai tiga gelombang. Ditambah dengan adanya perspektif masyarakat bahwa PTN lebih unggul daripada PTS,” ujarnya menambahkan.
Perkataan tersebut diperkuat oleh Nur Hidayat SKM MMKes, Ketua STIKES Muh Ciamis. Ia menyebutkan banyak kampus-kampus kompetitor yang memiliki kesamaan geografis dengan STIKES Muh Ciamis, tepatnya di Jawa Barat, terutama Priangan Timur. Faktor tersebut akan menjadi permasalahan ketika kampus-kampus kompetitor tersebut memiliki status akreditasi yang lebih baik dengan STIKES Muh Ciamis. “Selain status akreditasi, penguatan prestasi-prestasi mahasiswa juga penting, baik di bidang akademik maupun nonakademik. Hal tersebut perlu ditingkatkan untuk menjadikan kampus berdaya saing,” jelas Nur Hidayat.
Tantangan lain disebutkan Dr Ridwan SH MH, Rektor UM Bima, yakni perihal biaya untuk berkuliah di PTN yang dianggap lebih mudah dibandingkan PTS. “Sampai-sampai banyak siswa-siswi di Bima dan sekitarnya yang berpikir bahwa kuliah tidak apa-apa apabila ke luar kota. Mereka jarang memilih untuk berkuliah di kota sendiri,” tambahnya.
Terlepas dari tantangan-tantangan di luar jangkauan kontrol, ada pula tantangan lain seperti gedung kampus dan fasilitas-fasilitas lainnya. Hal ini disampaikan oleh Didi Franzhardi MPd, Ketua STKIP Muh Oku Timur. “Akan tetapi, alhamdulillah, dalam kurun usia tiga tahun, STKIP Muh Oku Timur sudah mengatasi tantangan tersebut. Tahun ini adalah tahun akademik pertama bagi STKIP Muh Oku Timur di mana seluruh mahasiswa tertampung penuh di gedung sendiri,” sebutnya. Hal ini penting, sebab, menurut Didi, bagi beberapa kampus baru, kepemilikan gedung permanen juga menjadi tantangan untuk “meyakinkan masyarakat” dibandingkan dengan kampus-kampus lainnya.
Branding Perguruan Tinggi Jadi Pilihan
Lebih lanjut, Didi menyebutkan bahwa branding perguruan tinggi dapat menjadi cara untuk mendekatkan diri ke masyarakat, khususnya calon mahasiswa. Dalam STKIP Muh Oku Timur sendiri, beberapa branding yang dilekatkan adalah “kampusnya anak muda”, “kampus milenial, cerah, bersinar”, dan “kampus dekat, biaya hemat”.
Branding juga merupakan cara yang dilakukan oleh UM Purwokerto sebagaimana disebutkan oleh Assoc Prof Dr Jebul Suroso, Rektor UM Purwokerto. Beberapa branding sebagai metode mempromosikan UM Purwokerto adalah “UMP kampusnya peneliti dunia”, “UMP kampus kemanusiaan”, “UMP kampusnya anak band”, “UMP rumah UMKM/UMP kampus wisata”, dan “UMP kampusnya pejabat negara”. “Selain itu, mahasiswa internasional juga ditonjolkan sebagai duta UMP,” tambahnya.
Nur Hidayat menambahkan bahwa promosi branding perguruan tinggi perlu dilakukan lebih banyak melalui media sosial. STIKES Muh Ciamis memublikasikan materi promosi melalui Instagram, Facebook, hingga YouTube. Melalui para alumni, promosi dengan WhatsApp juga dilakukan untuk memperluas jangkauan calon mahasiswa. “Sekarang ini, para pelajar SMA cenderung tidak tertarik lagi dengan spanduk dan baliho. Eranya sudah digital,” tegasnya.
Dalam membentuk branding perguruan tinggi, selain penggencaran promosi dan pemilihan slogan yang mendekatkan diri dengan target pasar, ada hal lain yang bisa dilakukan. Dr Ridwan menyebutkan strategi UM Bima mengenai pemberian peluang-peluang bagi calon mahasiswa untuk berkuliah.
Beberapa di antaranya adalah kesempatan beasiswa, penambahan fasilitas-fasilitas untuk mendukung kualitas belajar, dan melakukan kerja sama dengan pihak-pihak yang dapat menggaet calon mahasiswa. “Di UM Bima, kami menyediakan peluang beasiswa bagi setiap calon mahasiswa yang punya keterbatasan dalam pembiayaan kuliah. Misalnya bagi tahfidz Qur’an, kader persyarikatan, pelajar berprestasi, dan banyak lagi,” sebutnya.
Metode tersebut juga dilakukan oleh UM Pontianak berdasarkan penuturan Dr Doddy Irawan. Selain menyediakan poin yang sama seperti beasiswa dan penawaran fasilitas kampus, UM Pontianak juga memperpanjang keunggulan kampus hingga pemberian informasi lowongan kerja dan pelatihan bagi para alumni. “Untuk promosinya sendiri, selain media sosial, UM Pontianak juga mengadakan expo ke sekolah-sekolah,” tambah Dr Doddy.
Perluas Jangkauan ke Internasional
Nur Hidayat menyampaikan bahwa gagasan untuk membuka peluang calon mahasiswa asing telah terlintas dalam internal STIKES Muhammadiyah Ciamis. “Rencananya STIKES Muh Ciamis akan berkolaborasi dengan PTMA lain yang sudah maju,” jelasnya. Ia menambahkan, untuk saat ini, program tersebut sedang dirancang.
Sementara itu, STKIP Muh Oku Timur memiliki wacana yang sama. Hal ini diperkuat setelah ada ketiga mahasiswa yang mengikuti program student exchange di Asia University, Taiwan. “Rencananya, kami berupaya menawarkan untuk mahasiswa asing yang ingin kuliah di kampus kami. Nanti, akan ada pembebasan biaya kuliah, penyediaan asrama mahasiswa secara gratis, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang bisa mendukung rencana studi mereka di STKIP Muh Oku Timur,” ujar Didi. Hal tersebut telah terimplementasi di UM Pontianak yang menyebutkan beasiswa bagi mahasiswa asing berupa pembiayaan akomodasi dan biaya pendidikan.
Harapan bagi Majelis Diktilitbang PPM
Doddy berharap, Majelis Diktilitbang PPM dapat mengadakan sosialisasi Rencana Kerja 2022–2027 untuk meningkatkan kualitas PTMA kepada BPH dan Rektor PTMA. “Penyamaan persepsi tentang kontrak kinerja itu perlu,” ujarnya. Ia juga mengharapkan agar Majelis Diktilitbang PPM dapat membentuk konsorsium riset antar-PTMA dan menjadi mediator pinjaman kepada PTMA yang telah mapan kepada PTMA yang sedang berkembang.
Sementara itu, Dr Ridwan menyampaikan tentang UM Bima yang merupakan universitas yang terbentuk setelah STIH Muh Bima atas peranan besar Majelis Diktilitbang. “Harapan kami, Majelis Diktilitbang terus memfasilitasi forum-forum kompetisi bagi dosen dan mahasiswa, melakukan tata kelola dan pengembangan SDM, dan studi lanjut ke jenjang Doktoral bagi dosen,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa UM Bima dapat terus dilibatkan dalam kegiatan internasional, baik bagi mahasiswa maupun dosen.
Didi menyebutkan bahwa STKIP Muh Oku Timur yang merupakan kampus baru membutuhkan bimbingan dan arahan dari Majelis Diktilitbang untuk ke depannya. Berbagai macam tantangan yang dihadapi PTMA, baik sebagai PTMA yang masih berkembang maupun PTMA sebagai perguruan tinggi swasta dengan tantangan-tantangannya dalam meningkatkan jangkauan untuk mahasiswa baru. “Tentu kami berharap agar yang disebutkan dapat diberikan solusi,” ujarnya.
Prof Jebul Suroso menyarankan agar Majeli Diktilitbang PPM mengevaluasi workshop Kehumasan yang diadakan agar adaptif dengan kebutuhan hari ini, misalnya seperti sosial media, big data, dan tantangan-tantangan era Society 5.0. Selain itu, Majelis Diktilitbang PPM juga perlu melakukan pemetaan jalan penerimaan mahasiswa baru. “Hal ini penting agar tidak ada wilayah yang menjadi tempat perebutan calon mahasiswa baru antarkampus Muhammadiyah,” ujarnya.
Nur Hidayat dalam pemberian harapannya juga menyebutkan gagasan sehubungan dengan itu, yakni tentang pengembangan sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) yang merata sehingga PTMA di daerah dapat memperoleh manfaatnya. Kemudian, mengenai STIKES Muh Ciamis sendiri, exposure yang diberikan dari Majelis Diktilitbang dapat memperluas jangkauan untuk calon mahasiswa baru, baik di luar Pulau Jawa maupun mahasiswa internasional. Pemberian peluang beasiswa juga bisa dilakukan untuk menggaet minat calon mahasiswa baru. “Misalnya, lewat pemberian beasiswa kepada mahasiswa melalui Majelis Diktilitbang PPM yang ber-taawun dengan PTMA-PTMA,” ujarnya.[] RAS
Be the first to comment