Alumni Disabilitas Netra UMPWR Lulus Cumlaude Lewat Lagu ‘Desaku Tlogobulu’

Alumni Disabilitas Netra UMPWR Lulus Cumlaude Lewat Lagu ‘Desaku Tlogobulu’”
Alumni Disabilitas Netra UMPWR Lulus Cumlaude Lewat Lagu ‘Desaku Tlogobulu’”

Kisah inspiratif datang dari Sugeng Yuniarto, alumni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa (PBSJ) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMPWR). Meski menyandang disabilitas sensorik netra, Sugeng berhasil menuntaskan studi S1 dengan predikat cumlaude (IPK 3,57). Ia menempuh jalur kelulusan non-skripsi melalui karya cipta lagu berjudul “Desaku Tlogobulu”, lengkap dengan video klip dan lirik yang menggugah hati.

Lagu tersebut bukan sekadar karya seni, melainkan bentuk cinta Sugeng terhadap tanah kelahirannya sekaligus refleksi rasa syukur atas kehidupan. Di bawah bimbingan Aris Aryanto dan Yuli Widiono, karya ini menjadi bukti bahwa kreativitas dapat menjadi jalan ilmiah yang bermakna.

“Desaku Tlogobulu adalah cara saya menulis kisah dengan nada. Saya ingin menunjukkan bahwa bahasa dan sastra Jawa bukan hanya teks di kertas, tapi bisa hidup lewat musik,” tutur Sugeng penuh semangat.

Sugeng Yuniarto, Wisudawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo
Sugeng Yuniarto, Wisudawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo

Selama empat tahun masa studinya, Sugeng dikenal tekun dan rendah hati. Ia merupakan penerima Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Disabilitas, program pemerintah yang ditujukan bagi mahasiswa penyandang disabilitas berprestasi. Pada 24 Oktober 2025, ia resmi diwisuda bersama dua rekan disabilitas lainnya dalam Rapat Senat Terbuka Wisuda Sarjana dan Magister UMPWR Periode I Tahun Akademik 2025/2026.

Sugeng tak menutupi bahwa perjalanan akademiknya tidak selalu mudah.

“Ketika pertama kali datang ke kampus dengan tongkat putih di tangan, saya sempat ragu apakah bisa mengikuti perkuliahan seperti teman-teman lain. Tapi dosen, staf, dan mahasiswa PBSJ menerima saya dengan sangat hangat. Dari situlah saya belajar bahwa keterbatasan tidak berarti ketidakmampuan,” ujarnya.

Baginya, kampus Muhammadiyah menjadi ruang yang benar-benar inklusif.

“Di angkatan saya, ada juga teman dengan disabilitas fisik yang diterima dengan baik. Universitas Muhammadiyah Purworejo telah membuktikan diri sebagai kampus yang membuka kesempatan bagi semua,” tambahnya.

Dalam refleksinya, Sugeng menyampaikan moto hidup yang terus ia pegang teguh:

“Menjadi seorang disabilitas sensorik netra bukan kehendak pribadi, tetapi pilihan Sang Ilahi. Pribadi syukuri kanthi iklasing ati, tan kena sambat menawa jiwa raga taksih pinaringan kuat. Urip iku urub — urip tansah migunani tumraping liyan.”

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*