Alumni UMY Tembus Harvard University, Buktikan Potensi PTMA di Panggung Global

Alumni UMY Tembus Harvard University, Buktikan Potensi PTMA di Panggung Global
Alumni UMY Tembus Harvard University, Buktikan Potensi PTMA di Panggung Global

Satu lagi bukti bahwa alumni Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) mampu bersaing di level dunia. Emir Gemilang Jayaringga, lulusan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY), berhasil diterima di program magister salah satu kampus paling bergengsi di dunia, Harvard University.

Emir akan memulai studi di Master of Science in Global Health Delivery pada Agustus 2025. Program ini menekankan pendekatan sosial dalam layanan kesehatan global. Bidang yang telah lama menjadi minat Emir sejak masa kuliahnya di UMY.

Namun, pencapaian luar biasa ini tak diraih dengan mudah. Perjalanan panjang Emir dipenuhi tantangan. Selepas lulus sarjana, ia mengambil gap year sebelum menempuh pendidikan profesi dokter. Proses koas yang dimulai tahun 2019 juga sempat tertunda karena pandemi COVID-19, hingga akhirnya ia resmi menyandang gelar dokter pada Januari 2022.

“Saat wawancara dengan LPDP sempat ditanya, kenapa koas saya lama. Tapi saya jelaskan, itu dua setengah tahun, karena sempat dirumahkan akibat pandemi,” cerita Emir.

Untuk menempuh studi ke Harvard, Emir memilih jalur beasiswa LPDP skema Perguruan Tinggi Utama Dunia (PTUD). Jalur tersebut mengharuskan peserta mengantongi LoA dari kampus tujuan sebelum mendaftar beasiswa. Ia menyadari tantangan sebagai lulusan kampus swasta, namun tak menjadikannya gentar.

“Menurut saya, Harvard itu objektif. Mereka lebih melihat sisi kepemimpinan calon mahasiswanya. Jadi saya mantapkan niat, cari LoA dulu, baru daftar LPDP,” ungkapnya.

Keberhasilan Emir tak lepas dari dukungan UMY, baik dari sisi akademik maupun pengembangan diri. Ia aktif mengikuti berbagai organisasi dan kegiatan internasional, mulai dari relawan di American Corner UMY, kegiatan MMSA, student exchange, kompetisi, hingga konferensi global.

FKIK UMY juga turut membentuk pola pikir global Emir melalui program-program unggulan. Salah satunya adalah kelas tutorial berbahasa Inggris untuk mahasiswa kedokteran yang membiasakan mereka dengan literatur dan komunikasi medis internasional.

“FKIK UMY memberi ruang yang luar biasa. Saya bisa belajar bahasa Inggris medis, ikut kegiatan luar negeri, dan diajak berpikir kritis dalam skala global,” kenangnya.

Gagas Proyek Kesehatan Mental & HIV di Indonesia

Tak sekadar mengejar gelar, Emir sudah menyiapkan kontribusi nyata untuk bangsa. Dalam aplikasi beasiswanya, ia mengusulkan proyek integrasi layanan kesehatan mental dalam penanganan HIV/AIDS di puskesmas, dengan Yogyakarta sebagai proyek percontohan.

Proyek ini akan dijalankan melalui inisiatif “Telinga Hati” yang telah ia rintis sebelumnya. Tujuannya adalah mendorong pembuat kebijakan untuk memberikan pedoman layanan psikososial bagi Orang dengan HIV (ODHIV), sekaligus menurunkan stigma terhadap kesehatan mental di Indonesia.

“Kita ingin mengubah kebijakan. Agar ODHIV tidak hanya ditangani secara medis, tapi juga secara psikososial dan mental,” jelas Emir.

Lebih dari sekadar pencapaian pribadi, Emir berharap keberhasilannya dapat menjadi inspirasi dan pemantik semangat bagi mahasiswa dan alumni UMY maupun PTMA lainnya.

“Saya yakin ini bukan yang terakhir. Banyak mahasiswa UMY yang jauh lebih hebat dari saya. Saya ingin kehadiran saya di Harvard menjadi motivasi, bahwa alumni PTMA bisa bersaing dan berkontribusi di panggung global,” pungkas Emir penuh harap.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*