Film Jumbo, Angin Segar Sineas Film Indonesia yang Bukan “Itu-itu Saja”

Film Jumbo, Angin Segar Sineas Film Indonesia yang Bukan "Itu-itu Saja" (sumber foto javamedia.id)
Film Jumbo, Angin Segar Sineas Film Indonesia yang Bukan "Itu-itu Saja" (sumber foto javamedia.id)

Jumbo, film animasi layar lebar hiburan lebaran berhasil dinobatkan sebagai animasi terlaris sepanjang masa di Asia Tenggara. Tak heran, film ini masih menjadi tontonan favorit masyarakat Indonesia. Bukan hanya anak-anak, film animasi karya kolaborasi 420 animator Indonesia ini juga ditonton oleh lintas generasi dan meraup 3,5 juta penonton selama 15 hari tayang.

Zaman film Sherina booming kita masih anak-anak, sekarang film Jumbo kita nonton bawa anak-anak..” kata salah satu generasi milenial melalui akun threads.

Film animasi Jumbo memang menjadi angin segar dunia perfilman Indonesia. Film berdurasi 102 menit ini memberikan alur cerita, visual, serta pelajaran dan hikmah terkait parenting dan dunia anak-anak.

Core Memory Anak-anak
Berangkat dari key message “untuk kita, untuk anak-anak kita, dan untuk anak-anak dalam diri kita” film ini apik menekankan pentingnya menciptakan kenangan yang hangat pada masa kanak-kanak. Pada film, tergambar dengan jelas bagaimana Don, pemeran utama film Jumbo memiliki kenangan yang kuat dan hangat dari kedua orang tuanya. Meskipun menjadi anak yatim piatu, Don tumbuh dengan ingatan yang indah dari memori tersebut. Film ini menjadi pengingat betapa pentingnya membangun emosional anak sejak dini. Ingatan tersebut akan menjadi fondasi kuat bagi perkembangan mental anak. Momen sederhana dapat berdampak besar bagi tumbuh kembang anak.

Support System Keluarga
Setiap karakter anak pada film mememiliki support system masing-masing. Meskipun Don sebagai seorang yatim piatu, ia selalu didampingi dan didengar oleh nenek yang memberikan dukungan dan kepercayaan. Begitupun karakter Atta, anak yang sering membully dan meremehkan Don, namun menjadi penurut pada sosok kakak yang memberikan bimbingan. Beberapa scene pada film serta dialog yang dibangun antara tokoh orang dewasa dan anak-anak memberikan penekanan pentingnya peran orang dewasa yang membangun kepercayaan serta menjadi panutan pada anak.

Seni Mendengarkan
Pada cerita, Don memiliki hobby dan cita-cita sebagai seorang pendongeng. Namun pada beberapa scene, Don harus mempelajari bagaimana seharusnya seorang pendongeng atau pencerita menjadi seorang pendengar yang baik. Tanpa adanya pendengar, cerita tidak akan dapat disampaikan. “Setiap ada peran yang bercerita, harus ada peran yang mendengarkan. Kalau mau jadi pencerita yang baik, harus jadi pendengar yang baik” begitu potongan narasi sebagai nasihat yang diberikan nenek Don padanya.

Nilai Integritas
Salah satu pelajaran penting yang harus ditekankan dari film ini yakni terkait menjaga komitmen dan tanggung jawab. Scene Don yang sepakat dan berjanji untuk membantu Meri mengajarkan terkait nilai integritas yang harus dijaga. Menepati janji menjadikan seseorang dapat dipercaya. Meskipun janji atau komitmen itu dimulai dari hal yang sederhana.

Meskipun film ini sempat menuai kritik publik lantaran cerita yang dibangun dengan unsur hantu. Penting bagi orang tua untuk mendampingi dan mengajarkan pada anak untuk mengambil nilai positif dari cerita. Film Jumbo juga mengajarkan kita bahwa seni tetap membutuhkan adanya rasa. Film ini menjadi karya segar para animator seni Indonesia serta sineas produksi film tanpa harus mengikuti pola dan format cerita yang membosankan dan “itu-itu saja”. []apr

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*