Haedar Nashir: PTMA Harus Terus Tingkatkan Kualitas, Bukan Sekedar Rutinitas

Haedar Nashir: PTMA Harus Terus Tingkatkan Kualitas, Bukan Sekedar Rutinitas
Haedar Nashir: PTMA Harus Terus Tingkatkan Kualitas, Bukan Sekedar Rutinitas

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan pesan tegas dan inspiratif untuk seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) agar segera bertransformasi dari pola kerja rutinitas menuju tata kelola kampus berkualitas mutu dan profesionalisme.

Pesan ini disampaikan dalam kuliah tamu yang digelar Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) pada Ahad (6/4), bertempat di Lantai 17 Gedung Iqra. Kuliah ini sekaligus menjadi momen refleksi strategis tentang masa depan PTMA di tengah tantangan zaman yang semakin kompetitif.

“Kampus kita harus berani keluar dari zona nyaman. Sudah saatnya membangun sistem yang berbasis kualitas, bukan hanya mengandalkan pendekatan kekeluargaan atau relasi personal,” tegas Haedar.

Ia menyoroti pentingnya indikator mutu seperti akreditasi, peringkat nasional dan internasional, produktivitas riset, serta pengabdian masyarakat yang berdampak nyata. UMS, UMY, dan UMM disebut sebagai contoh sukses kampus PTMA yang telah menerapkan manajemen mutu secara konsisten.

Lebih jauh, Haedar juga mengkritik budaya kerja yang masih terjebak dalam romantisme kekeluargaan namun minim profesionalitas. Menurutnya, kampus Muhammadiyah harus menjadi ruang lahirnya gagasan besar dan atmosfer ilmiah yang hidup, bukan sekadar tempat “bermain aman”.

Peran Dosen dan Budaya Riset Jadi Kunci

Dalam kuliah tersebut, Haedar juga menekankan pentingnya peran aktif dosen, khususnya yang bergelar doktor dan guru besar, untuk terlibat dalam riset dan publikasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Kalau dosen hanya menuntut hak tapi lalai dalam kewajiban akademik, itu justru jadi beban institusi. Kita perlu membangun budaya riset yang produktif dan relevan dengan kebutuhan bangsa,” ujarnya.

Sebagai inspirasi, ia menyebut sistem riset terintegrasi yang dikembangkan universitas-universitas di Jepang seperti Nara University. Ia mendorong PTMA, termasuk Unismuh, untuk menggali potensi lokal sebagai bahan riset sosial yang kontekstual dan berdampak.

Kampus Muhammadiyah: Sebagai Ruang Ibadah, Pengabdian dan Pusat Peradaban

Lebih lanjut, Haedar kembali mengingatkan bahwa ruh Muhammadiyah harus terus menjadi fondasi dalam pengelolaan kampus.

“Kampus Muhammadiyah bukan sekadar tempat pekerjaan dan menimba ilmu, tapi juga sebagai tempat pengabdian, ruang ibadah dan pusat peradaban. Nilai-nilai Kemuhammadiyahan harus hidup dalam sistem, kurikulum, hingga budaya akademik sehari-hari,” pesannya.

Sementara itu, Rektor Unismuh, Abd Rakhim Nanda, menyambut hangat arahan tersebut. Ia menyatakan bahwa kuliah tamu ini menjadi pemantik bagi Unismuh untuk terus berbenah, terutama dalam penguatan riset, publikasi internasional, dan kolaborasi global.

Sebagai bentuk penghormatan, Unismuh menghadiahkan buku berjudul Pappaseng ri Elompugi kepada Haedar Nashir. Buku ini merupakan kumpulan syair Bugis berisi pesan moral dari siaran radio Elompugi, yang diterbitkan oleh Unismuh Press sebagai bentuk pelestarian budaya lokal dalam konteks akademik. []ic

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*