“Humas adalah sentral informasi PTMA. Baik buruknya citra perguruan tinggi sangat ditentukan oleh cara humas mengelola pesan.”
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Irwan Aki, memebrikan amanat pada kegiatan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Humas PTMA di Yogyakarta, 5 Desember 2025. Pesan tersebut menjadi sorotan utama bagi 123 peserta dari 74 kampus yang hadir dalam agenda Rakornas perdana Forum Humas Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ’Aisyiyah (PTMA).
Dalam pandangan Irwan, humas PTMA memikul peran strategis: memastikan informasi yang beredar benar, layak publikasi, dan mampu membangun reputasi institusi. Di tengah persaingan ketat antarperguruan tinggi serta derasnya arus informasi, humas tidak hanya bekerja pada aspek penyebaran berita, tetapi juga membentuk persepsi publik terhadap kampus.
Irwan menekankan pentingnya respon yang tepat ketika kampus dihadapkan pada pemberitaan negatif. Ia mengingatkan bahwa meladeni isu secara terbuka justru memperpanjang siklus pemberitaan dan memperbesar ruang perdebatan.
“Kalau ada berita negatif, jangan dilawan. Lawanlah dengan prestasi,” ujarnya.
Sikap ini menurutnya lebih efektif dalam mengalihkan perhatian publik. Pencapaian yang terverifikasi—baik akademik, inovasi, maupun layanan—menjadi narasi positif yang jauh lebih kuat dibanding klarifikasi berulang terhadap isu negatif.
Selain berbicara soal penanganan isu, Irwan menyinggung prinsip dasar branding perguruan tinggi. Kejujuran tetap menjadi pondasi utama, tetapi cara bercerita (narrative framing) harus disusun dengan cermat agar nilai-nilai kampus dapat dipahami publik.
Ia mencontohkan pendekatan komunikasi pariwisata yang mampu mengangkat nilai sebuah tempat lewat narasi yang tepat. Hal serupa, katanya, dapat dilakukan PTMA untuk memperlihatkan keunggulan akademik dan karakter institusionalnya.
“Kualitas layanan bisa saja sama, tetapi persepsi publik berbeda karena kemasan komunikasinya,” tegasnya. Di sinilah humas perlu hadir sebagai arsitek pesan, mengangkat kekuatan kampus dan memastikan nilai tersebut tersampaikan secara konsisten.
Irwan juga menyoroti konteks persaingan perguruan tinggi yang semakin ketat, khususnya antara PTN dan PTS. Fluktuasi pendaftar yang dialami banyak kampus, termasuk PTMA, menuntut humas untuk bekerja lebih strategis.
“Tantangan kita nyata. Calon mahasiswa PTMA dan PTS menurun. Karena itu, humas harus mengangkat kembali kelebihan yang ada di kampus kita, agar publik tertarik,” katanya.
Ia mengibaratkan keunggulan kampus sebagai “emas” yang kerap tertutup “lumpur” informasi negatif atau kurangnya pemberitaan prestasi. Tugas humas, menurutnya, adalah membersihkan lumpur itu—mengemas kembali kekuatan institusi menjadi cerita yang membangun kepercayaan publik.
Amanat Irwan Akib kemudian menjadi benang merah seluruh agenda Rakornas: humas bukan sekadar pelengkap struktur organisasi, tetapi penentu arah reputasi dan wajah kampus di mata publik.
Be the first to comment