Kisah Arya Wibisana: Mahasiswa Berprestasi UMY yang Raih Beasiswa TIES ke Kirikkale University Turki

Beasiswa Ties

Menyeimbangkan organisasi dan prestasi akademik bukan hal mudah bagi sebagian mahasiswa. Namun, Raden Ambara Arya Wibisana—mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) program internasional (IPIREL) angkatan 2022—membuktikan bahwa keduanya dapat berjalan seiring menuju pencapaian luar biasa.

Di tengah kesibukannya sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fisipol, aktivitas riset, serta beragam kegiatan kampus, Arya kini menjalani program pertukaran pelajar Turkiye International Exchange Scholarship (TIES) di Kirikkale University, Turki, dengan pendanaan penuh (fully funded).

Dalam wawancara melalui WhatsApp pada Minggu (9/11), Arya berbagi kisah mengenai pengelolaan waktu, pengalaman riset, hingga perjalanan menuju panggung internasional.

Menapaki Prestasi Lewat Komitmen

Aktif sejak awal masa studi, Arya pernah menjadi Staf Risbang BEM KM UMY, Kepala Departemen Risbang, hingga Ketua BEM Fisipol UMY. Ia juga pernah mengikuti kegiatan IMM Fisipol, UKM KPM UMY, Rumah Kepemimpinan, dan Forpimawa LLDIKTI V.

Kesibukan itu mengharuskan manajemen waktu yang efektif. Arya mengaku menerapkan Eisenhower Matrix yang diperbarui setiap minggu. “Organisasi dan akademik adalah dua hal yang saling melengkapi,” jelasnya.

Menurut Arya, pengalaman organisasi—terutama di bidang riset—membangun kemampuan critical thinking, public speaking, problem solving, hingga interpersonal skill. Keterampilan tersebut menjadi fondasi penting dalam proses akademik maupun seleksi beasiswa.

Ia juga mengingatkan pentingnya menentukan arah keterlibatan organisasi.

“Mengikuti banyak organisasi boleh, tapi pahami substansinya. Jika hanya mengejar eksistensi, maka yang didapat sekadar validasi,” tegasnya.

Inklusivitas sebagai Jalan Menuju Mapres

Komitmen Arya membawanya meraih predikat Mahasiswa Berprestasi (Mapres) tingkat Fakultas dan Universitas. Dalam seleksi, ia mengangkat isu inklusivitas melalui proyek “Kawan Bermakna”, sebuah gagasan pusat layanan difabel yang terintegrasi dalam program BEM Fisipol UMY.

Proyek ini menyasar isu rendahnya akses pendidikan penyandang disabilitas di DIY, wilayah dengan jumlah difabel tertinggi pascagempa 2006. Roadmap yang diusung mencakup penyusunan policy brief, deklarasi komitmen Fisipol Ramah Difabel, kolaborasi dengan panti, hingga advokasi kurikulum khusus ke DiktiLitbang.

“Harapannya UMY bisa menjadi pelopor PTMA dalam menghadirkan ruang belajar inklusif sebagai implementasi nilai Surah Abasa ayat 1–5,” ujar Arya.

Pengalaman Global melalui Beasiswa TIES di Turki

Berkat pengalaman riset dan publikasi, Arya berhasil meraih beasiswa TIES untuk menjalani studi satu semester di Kirikkale University, Turki. Ia menyebut memiliki research goals yang selaras dengan negara tujuan sebagai nilai tambah saat seleksi.

Ia memilih Kirikkale University karena dekat dengan Ankara, berkolaborasi dengan UMY, serta tidak mewajibkan kelas bahasa Turki (Tomer).

Adaptasi musim dingin menjadi tantangan utama, namun ia merasa aman dan nyaman secara akademik maupun sosial. Ilmu Hubungan Internasional yang dipelajarinya juga dapat diaplikasikan secara langsung dengan mengamati kebijakan politik luar negeri Turki yang berorientasi pada national interest dan national power.

“Penting bagi kita menerapkan Transgenerational Empathy agar saling memahami kebutuhan antar-generasi, bukan saling menghakimi,” tuturnya.

UMY sebagai Ekosistem yang Mendukung

Arya mengakui peran lingkungan akademik UMY, khususnya jurusan HI, yang banyak memberi kesempatan belajar global. “Output yang baik berasal dari input yang baik,” ujarnya.

Dengan nilai Islam sebagai fondasi, lingkungan HI UMY yang plural, suportif, dan diperkaya kehadiran mahasiswa internasional membentuk pengalaman belajar yang menyeluruh.

Usai menyelesaikan program exchange dan studi, Arya berencana berkarier di lembaga think tank sesuai minat risetnya, sembari mencari peluang beasiswa S2.

Bagi Arya, keberanian keluar dari zona nyaman adalah kunci berkembang. “Kalau jalannya terasa berat, berarti itu jalan yang tepat. Kalau terlalu mudah, mungkin kamu berada di jalur yang salah,” pesannya.

Ia menegaskan bahwa momentum bisa datang, tapi bisa juga diciptakan. “Kalau momentum tak kunjung datang, ciptakanlah dengan keberanian!” tutupnya penuh semangat.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*