Mahasiswa UM Palopo Gaungkan Isu Kota Hijau Lewat Aksi Menanam Pohon

Mahasiswa UM Palopo Gaungkan Isu Kota Hijau Lewat Aksi Menanam Pohon
Mahasiswa UM Palopo Gaungkan Isu Kota Hijau Lewat Aksi Menanam Pohon

Himpunan Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (HMTPWK) Universitas Muhammadiyah Palopo (UM Palopo) menggelar aksi ekologis dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI), Rabu (2/12/2025). Kegiatan ini tak sekadar seremoni tahunan, melainkan seruan akademik dan sosial bahwa pohon adalah infrastruktur dasar kota, bukan sekadar dekorasi ruang publik.

Dengan mengusung tema “Kota Hijau Berketahanan Iklim: Mengintegrasikan Ruang Terbuka Hijau dan Pohon dalam Rencana Tata Ruang Kota Palopo,” kegiatan ini mempertemukan akademisi, pemerintah daerah, dan komunitas lingkungan untuk mendiskusikan peran vital vegetasi dalam pembangunan kota berkelanjutan.

Kegiatan dibuka dengan sesi dialog yang menghadirkan dua narasumber kunci.
Hasfi, Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Hidup Ahli Muda dari Dinas Lingkungan Hidup Palopo, menegaskan bahwa tata ruang kota harus berpijak pada prinsip keberlanjutan.

“Tata ruang harus melampaui fungsi pembangunan. Integrasi pohon dan RTH merupakan mandat ekologis yang wajib tertuang dalam RTRW. Kolaborasi antara pemerintah dan akademisi sangat penting untuk perencanaan yang visioner,” ujarnya.

Perspektif masyarakat sipil disampaikan oleh Abdul Malik Saleh, Direktur Yayasan Bumi Sawerigading. Ia menekankan pentingnya keterlibatan komunitas.

“Ketahanan iklim dimulai dari tingkat tapak. Penanaman pohon adalah tanggung jawab kolektif. Pohon bukan pelengkap, tetapi infrastruktur hijau yang berperan mengurangi risiko bencana dan meningkatkan kualitas hidup warga,” jelasnya.

Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UM Palopo, Muh. Zainal, yang menyatakan dukungan penuh terhadap gerakan mahasiswa ini.

“Kegiatan ini merupakan implementasi Tri Dharma, terutama pengabdian masyarakat. Mahasiswa PWK harus menjadi pionir pembangunan berkelanjutan Palopo,” tegasnya.

Ketua Program Studi PWK, Wahyu Hidayat, juga menyoroti peran mahasiswa dalam advokasi tata ruang kota.

“HMPI adalah momentum refleksi bagi perencana kota. Dalam konteks Palopo, kita perlu memastikan setiap pembangunan memperhitungkan koefisien wilayah hijau. Kota yang sehat adalah kota yang bernapas melalui RTH yang memadai,” ujarnya.

Setelah dialog panel, HMTPWK melanjutkan kegiatan dengan aksi tanam pohon di Kampus 2 UM Palopo. Dua jenis pohon yang dipilih—Ketapang Kencana dan Tabebuya Kuning—dipandang adaptif terhadap lingkungan kota sekaligus memiliki nilai estetika untuk mempercantik kawasan kampus.

Gerakan ini tak berhenti di lingkungan kampus. HMTPWK turut menggandeng warga sekitar dengan membagikan bibit jeruk sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi mikro sekaligus menguatkan budaya berkebun di tingkat keluarga.

Ketua panitia, Yelwan U Mangkayokon, menutup kegiatan dengan pesan reflektif. “Tema yang kami angkat menegaskan bahwa perencana harus membuat keputusan yang ekologis. Aksi penanaman ini adalah langkah kecil yang kami harap tumbuh menjadi budaya perencanaan hijau di Palopo,” ujarnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*