“Menjadi pemantau TPS itu merupakan pengalaman yang luar biasa membekas. Ada peristiwa yang menyenangkan ada juga yang tidak”. Begitu papar Siti Nur Fadilah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Madiun (UMMAD) membagikan pengalamannya menjadi relawan TPS dari lembaga survei nasional Cyrus Network yang bekerja sama dengan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia.
Dila bersama empat mahasiswa lain bertugas melakukan exit poll dan quick count (hitung cepat) Pemilu 14 Februari 2024. “Ada hal yang menyenangkan ada hal yang tidak menyenangkan tapi tidak apa lah intinya sekarang pengalaman itu mahal. Mungkin jika saya tidak menjadi pengawas TPS atau quick count saya tidak tahu kerasnya dunia luar seperti apa,” ungkap Dila.
Menambahkan paparan Dila, Hariyati mahasiswa dari Prodi Ilmu Komunikasi yang juga menjadi relawan mengaku awalnya merasa takut kehadirannya tidak diterima dan gagal menjalankan tugas pemantauan di TPS tempat ia bertugas. Hariyati berusaha memberanikan diri untuk mulai bekerja melakukan exit poll dan quick count Pilpres dan Pileg DPR RI. hHasilnya Hariyati merasa puas meski harus pulang larut malam. “Saya dapat pengalaman baru, kenal orang baru dan dapat ilmu baru. Awal mulanya saya takut tidak diterima oleh masyarakat sekitar. Tapi nyatanya antusiasme masyarakat sekitar kepada saya cukup tinggi,” kata Hariyati.
Menanggapi hal tersebut, Dosen pendamping mahasiswa, Mochtar Mas’od, SSos I MPSDM mengatakan, ia melalukan pantauan situasi terhadap pelaksanaan quick count yang dilakukan lima mahasiswa UMMAD sejak pukul 06.30 WIB. “Tiap 2-4 jam sekali mengecek apa yang terjadi dan mengingatkan mahasiswa untuk ishoma. Pelaksanaan quick count mahasiswa UMMAD berjalan kondusif walaupun selesainya telat. Ada yang jam 20.30 WIB rampung, dan malah ada yang 08.00 WIB baru selesai,” kata dosen Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial UMMAD itu.
Be the first to comment