PCIM India: Muhammadiyah Bersinar di Tanah Gandhi

PCIM India dalam Winter Charity

“Prof Dr KH Haedar Nashir MSi secara langsung datang ke India dan menghadiri peresmian dan pembacaan SK organisasi kami. Rasanya, babak baru dalam sejarah PCIM India dimulai dengan indah,” demikian tandas Mohd Agoes Aufiya, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) India periode 2020–2022 ketika mengisahkan kronologi terbentuknya PCIM India. Sebelum Agoes menerima amanah sebagai ketua, PCIM India telah tiga kali berganti estafet periode kepemimpinan sejak pertama kali pembentukannya pada 18 April 2018 lalu. Usia tersebut masih terbilang muda sebagai organisasi otonom Muhammadiyah dalam menjalankan roda kepengurusan sesuai dengan visi-misinya.

Kehadiran PCIM India di Negara Anak Benua ini menjadi warna yang menyegarkan bagi pelebaran sayap dakwah Muhammadiyah di Asia Selatan. Dalam keberlangsungannya, terdapat capaian sekaligus tantangan sendiri bagi PCIM India merawat ghirah ‘semangat’ bermuhammadiyah, sebagaimana yang disampaikan Agoes kepada Tim Redaksi Warta PTM.

 

Meski SDM Tak Sampai Dua Puluh, Pantang Jatuh

Pada dasarnya, tidak banyak jumlah warga Indonesia di India, baik untuk alasan menempuh pendidikan lanjut, bermukim sebagai penduduk, atau bekerja. “Sebagai contoh, jumlah mahasiswa Indonesia di India itu kira-kira 100 orang. Semaksimal-maksimalnya tidak lebih dari 150,” papar Agoes. Konsekuensinya, jumlah sumber daya manusia di PCIM India ini hanya 10–15 orang saja. Dari jumlah tersebut, 90% di antaranya merupakan pelajar, sementara sisanya merupakan pekerja, baik ekspatriat ataupun pekerja profesional di badan-badan korporasi.

Agoes menjelaskan bahwa kepengurusan PCIM India terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan tiga majelis. Pertama, Majelis Pertimbangan yang para anggotanya terdiri atas kader-kader yang telah “dituakan” untuk memberikan bimbingan kepada para pengurus. Kedua, Majelis Keilmuan dan Kaderisasi yang berfokus pada peningkatan kapasitas intelektualitas. Ketiga, Majelis Luar Negeri dan Informasi yang berfungsi untuk membangun hubungan dengan luar negeri dan melakukan kolaborasi dengan pihak luar melalui media-media sosial, khususnya media online.

Di bawah kepemimpinan Agoes, untuk mengatasi sedikitnya jumlah anggota dan kebutuhan daya, maka PCIM India membuka relawan bagi para kader-kader di Indonesia yang berkenan turut menjalankan program-program kerja PCIM India. “Waktu itu sedang pandemi COVID-19, dan sering mengadakan webinar di mana narasumbernya mengisi seminar dari Indonesia. Makanya dibutuhkan SDM orang yang tinggal di Indonesia,” jelas Agoes. Hal ini menjadi salah satu cara mereka menyiasati tantangan dalam pandemi COVID-19 untuk tetap menjaga roda organisasi terus berputar.

 

Konsisten Beramal Tanpa Tanda Pengenal

Isu sosial politik di India menyebabkan organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, salah satunya PCIM India, dinilai berisiko apabila terang-terangan muncul di publik dengan atribut organisasi mereka. Oleh karena itu, dalam menjalankan program-program kerja di bidang sosial, para anggota PCIM India sepenuhnya patuh untuk membagi-bagikan bahan makanan dan sandang tanpa atribut Muhammadiyah sebagai gimmick. Salah satu program kerja PCIM India di bidang sosial adalah Winter Charity yang bergerak pada aksi kemanusiaan. 

Melalui Winter Charity, para anggota PCIM India mengisi musim dingin untuk membagikan makanan, pakaian, dan selimut bagi warga yang membutuhkan dan terdampak dinginnya cuaca India, spesifiknya di New Delhi, Aligarh, dan Hyderabad. Total porsi makan siang yang dibagikan bisa mencapai dua ratus porsi. “Selama beraksi, kami nggak ada bendera. Nggak ada selfie,” lanjut Agoes. Selain itu, karena mayoritas merupakan mahasiswa, para anggota PCIM India kebanyakan menetap dengan visa pelajar. Ini menjadi salah satu faktor untuk mengambil sikap hati-hati terhadap kesensitifan masyarakat India daripada dianggap menyalahi izin yang diberikan.

Selain bergerak di bidang sosial, para kader PCIM India tetap tidak lupa dengan anjuran untuk berkurban pada saat momen Iduladha. “Kami tetap menyemarakkan Iduladha dengan menerima penitipan hewan kurban, melakukan aksi sosial kurban, bekerja sama dengan warga lokal untuk penyembelihan hewan kurban, hingga membagikannya ke warga yang kurang mampu,” jelas Agoes. Pelaksanaan kurban dilakukan di daerah yang banyak masyarakat muslim, sekaligus menjadi ajang untuk memperkenalkan tentang PCIM India. 

PCIM India juga melakukan kunjungan dan kolaborasi dengan lembaga masyarakat yang ada di India. Salah satunya adalah Delhi Thaiba Heritage.

PCIM India Mengunjungi Delhi Thaiba Heritage

 

Memanfaatkan Medsos dalam Genggaman

Sebagai langkah untuk adaptif dengan era digital, PCIM India memiliki akun media sosial di Instagram dengan username @pcim_india. Instagram tersebut mereka maksimalkan untuk menyampaikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PCIM India, terutama kegiatan dengan target masyarakat di Indonesia. Salah satu program unik dari PCIM India adalah memberikan fasilitas terhadap masyarakat Indonesia yang hendak mengunjungi India, baik dalam rangka kemuhammadiyahan maupun urusan lainnya. “Jadi kami memberi bantuan bagi mereka yang ingin ke India,” sambung Agoes.

Buku Internasionalisasi Muhammadiyah

Media sosial menjadi jalan bagi PCIM India untuk merentangkan sayap dakwah. Hal ini tidak terbatas pada media sosial PCIM India saja, tetapi juga kepada para kader PCIM India untuk membagikan informasi tentang PCIM India di media sosial mereka masing-masing. “Misalnya, berhubung saya juga punya akun YouTube, maka saya turut menyampaikan kegiatan PCIM di sana. Harapannya, ke depan para pengurus juga mengandalkan akun pribadi mereka masing-masing sebagai ruang berdakwah,” pesan Agoes. Tidak hanya Instagram dan YouTube, kegiatan-kegiatan PCIM India juga tersebar di WhatsApp Grup yang beranggotakan para Ketum PCIM-PCIM yang ada.

Mengenai kerja sama dengan PP Muhammadiyah dalam program ini, Agoes berharap agar PP Muhammadiyah dapat terus terlibat dengan kerja-kerja PCIM India. Sebab, PCIM India sebagai organisasi yang masih terbilang baru membutuhkan perhatian khusus dari PP Muhammadiyah. “Kami masih butuh masukan-masukan untuk perbaikan organisasi secara strategis. Dari sini, koordinasi itu penting,” ujarnya. Selain itu, Agoes juga menyampaikan keinginannya untuk ada peluang pemberdayaan di Muhammadiyah bagi para anggota PCIM India sekembalinya ke Indonesia.[] RAS

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*