Peristiwa yang dibiarkan berlalu tanpa catatan perjalanan bisa saja ditenggelamkan waktu. Pun dapat juga hilang dari sejarah, seperti mata rantai dari eksistensi Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Sudan.
Semua berawal dari kerisauan Muflihun Abdul Majid, salah seorang kader yang mencoba menelusuri sejarah PCIM Sudan. Usahanya tidak sia-sia. Hasilnya adalah temuan arsip Surat Keputusan (SK) PP Muhammadiyah bertanda tangan Prof Dr H M Din Syamsuddin MA pada tahun 2006 tentang pendirian PCIM Sudan. Sayangnya, hanya itu saja yang tersisa. Warisan dari periode tersebut tidak dapat ditemukan, baik seabstrak landasan organisasi maupun sekonkret perkakas fisik organisasi.
Bisa dibilang, sekalipun memiliki SK PP Muhammadiyah, PCIM Sudan perlu berangkat dari nol dan memulai langkah menjadi wadah kaderisasi Muhammadiyah di Sudan. Oleh karenanya, dilakukanlah pengukuhan kembali para personalia PCIM Sudan oleh PP Muhammadiyah pada 2018. SK PP Muhammadiyah pun kembali diterbitkan pada 9 Maret 2018 bertanda tangan Dr Haedar Nashir dan Dr Abdul Mu’ti.
Pada pertengahan 2023, Tim Redaksi Warta PTM berkesempatan untuk mewawancarai Rif’an Ali Hafidz, Ketua PCIM Sudan untuk mengisahkan perkembangan PCIM Sudan dari masa ke masa.
Dari Ortom Hingga Lembaga: Saling Topang dan Menguatkan
Dituturkan oleh Rif’an, jumlah anggota PCIM Sudan saat ini adalah 138 orang. Seluruh anggota merupakan mahasiswa S-1 dan S-2 dari berbagai universitas yang tersebar di Sudan. Dalam rangka mencapai penguatan sumber daya, PCIM Sudan membagi rumah tangga organisasinya ke dalam tiga majelis, di antaranya Majelis Keilmuan dan Tabligh, Majelis Perkaderan dan Tarjih, serta Majelis Pustaka dan Informasi.
Selain eksistensi PCIM, ada pula organisasi otonom dan lembaga lainnya yang menancapkan akar mereka di negeri Sudan. Tak lain adalah PCI ‘Aisyiyah (PCIA) Sudan, Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM) Sudan, LazisMu Sudan, dan Majalah Annaashi. “Setiap eksistensi ini bagaikan pilar bagi satu sama lain, yang menopang dan saling berhubung. Prioritasnya adalah pemerataan dan pengoptimalan kebermanfaatan, fokus pengembangan kader, serta pemberdayaan kader,” jelas Rif’an menegaskan.
Terhitung lima tahun sejak pengukuhan dan penerbitkan SK Pendirian yang kedua, PCIM Sudan telah mempunyai rutinitas yang dilakukan guna menumbuhkan kualitas dan kuantitas kader. Kegiatan itu ialah Pengajian Kitab Turots untuk mengasah kemampuan, pengetahuan, dan wawasan ilmu keislaman. “Bukan hanya kader saja, tapi seluruh pelajar Indonesia di Sudan terbuka buat bergabung,” tambah Rif’an.
Selanjutnya, melalui lembaga pengurus Majalah Annaashi, PCIM Sudah memberi warna dalam perkembangan literasi bagi pelajar Indonesia di Sudan. “Kami percaya bahwa literasi adalah salah satu tombak Muhammadiyah dalam menyebarkan agama Islam,” imbuhnya. Per tahun 2021, Majalah Annaashi telah merilis tiga buah majalah dan dua buah buku antologi.
Sementara itu, pada bidang kemanusiaan, PCIM Sudan bersama LazisMu Sudan telah melakukan berbagai kegiatan bakti sosial, pengumpulan dana kemanusiaan, dan aksi berbagi sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar. “PCIM Sudan juga memberikan beasiswa bagi kader dan masyarakat Indonesia di Sudan,” tambah Rif’an. Dalam ruang geraknya masing-masing, PCIA Sudan dan TSPM Sudan pun turut berkontribusi dalam bentuk pengembangan skills kader ‘Aisyiyah dan pengenalan seni bela diri Muhammadiyah di Sudan. “TSPM bertekad untuk mendaftarkan eksistensinya dalam salah satu seni bela diri yang diakui pemerintah Sudan dan asosiasi bela diri Sudan,” ujarnya.
WNA Boleh Bergabung dalam PCIM Sudan
“Pascaaksi Reformasi di Sudan yang dilakukan pada tahun 2019, situasi dan keadaan di negeri ini menjadi tidak pasti,” demikian tutur Rif’an. Selain itu, regenerasi kader yang sulit untuk diprediksi membuat penguatan sumber daya manusia di rumah tangga organisasi. Akan tetapi, PCIM Sudan tidak berpasrah pada ketidakpastian tersebut dan tetap memaksimalkan potensi yang bisa dilakukan.
Salah satu langkah yang dilakukan oleh PCIM Sudan dalam berdakwah Muhammadiyah adalah membuka ruang bagi warga negara asing (WNA) untuk menjadi pengurus dalam PCIM Sudan dan TSPM Sudan. Selain itu, PCIM Sudan juga membuka ruang kerja sama antara Majma Islami Sudan dalam rangka pengembangan keilmuan dan keutamaan kader serta pelajar Indonesa di Sudan.
Perubahan tidak hanya dilakukan secara fisik saja, tetapi juga transformasi ke ranah digital. PCIM Sudan memberi perhatian penuh kepada sosial media sebagai perantara yang efektif dan cepat dalam memberikan informasi perihal PCIM Sudan. “Selain menyebarkan informasi, kami juga ikut mengambil dakwah di era digital dengan pembuatan konten dakwah dan informatif,” tambah Rif’an. Ia menjelaskan bahwa lembaga literasi Majalah Annaashi mendapatkan perhatian lebih dari PCIM Sudan sebagai corong kegiatan dan pergerakan di PCIM.
Pelebaran sayap dakwah Muhammadiyah perlu diimbangi dengan pelebaran dakwah setiap ortom yang ada. “Kami beberapa kali menjalin hubungan kerja sama dengan lembaga nonprofit (NGO) dalam menyalurkan bantuan, misalnya seperti Idulqurban,” jelasnya. Pada perjalanannya pun, seolah-olah seperti alamiah, PCIM Sudan sudah mengupayakan terjalinnya hubungan, baik pihak organisasi mahasiswa, organisasi masyarakat, atau umum.
Dari Pandemi Covid-19 Hingga Perang Saudara
Seperti negara-negara lainnya, Sudan pun menjadi salah satu negeri yang terdampak Covid-19 dengan cukup parah pada awal tahun 2020. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan protokol kesehatan pun diberlakukan, sehingga sebagian besar aktivitas PCIM Sudan perlu beralih ke daring. Akan tetapi, perihal kerumahtanggaan organisasi, tidak ada perubahan atau penyesuaian anggota.
“PCIM Sudan melalui lembaga-lembaga filantropi dari kami bergerak untuk ketahanan pangan WNI di Sudan, pembagian sembako-sembako, kebutuhan tarif yang disalurkan menjadi wasilah kebaikan bagi para donatur, baik Indonesia maupun non-Indonesia,” papar Rif’an. Ia bertekad bahwa ke depannya, PCIM Sudan akan terus mengokohkan eksistensinya sambil terus berharap dapat menjadi salah satu implementasi dari Internasionalisasi Muhammadiyah, gagasan dalam perhelatan Muktamar ke-48.
“Upaya kami memperlebar sayap dakwah telah sesuai dengan apa yang diamanahkan, yakni mengenai internasionalisasi Muhammadiyah,” ujar Rif’an. Ia melanjutkan dengan nada optimis, bahwasanya PCIM Sudan ke depannya akan terus meneguhkan sikap, semangat bermuhammadiyah, serta cita-cita Muhammadiyah dalam rangka menciptakan masyarakat Islam sebenar-benarnya.
Usai pandemi Covid-19 berlalu, cobaan bagi PCIM Sudan tidak berakhir dari situ. Dilaporkan dari lokasi Markas Dakwah PCIM Sudan telah terjadi Perang Saudara Sudan pada pertengahan April 2023. PCIM Sudan bergerak bersama KBRI Khaortum, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan, dan organisasi mahasiswa lainnya turut berkontribusi dalam mengoordinasikan warga negara Indonesia yang hendak dievakuasi. “Kami sudah melakukan pertemuan via Zoom dengan KBRI Khaortum dan Kementrian Luar Negeri RI. Pada tanggal 20 April 2023 status negara Sudan mencapai siaga satu, sehingga perlu ada tindakan evakuasi WNI keluar dari Sudan,” ujar Rif’an melalui Surat Keterangan PCIM Sudan.
Per 31 Juli 2023, disampaikan bahwa seluruh kader PCIM Sudan telah kembali ke Indonesia. Saat ini, PP Muhammadiyah telah menyediakan skema rekognisi dan penyetaraan untuk menyelesaikan proses perpindahan mahasiswa ke kampus PTMA. Kelanjutan studi para kader menjadi tanggung jawab Majelis Diktilibang PP Muhammadiyah.[] RAS
Be the first to comment