Isu kesehatan ibu di Indonesia sering kali fokus pada masalah fisik, seperti anemia dan kekurangan gizi. Namun, sisi lain yang tak kalah penting, yaitu kesehatan mental ibu hamil, sering mendapat perhatian.
Prof Yuli Kusumawati, Guru Besar Bidang Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku dari Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), menekankan pentingnya keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental selama kehamilan.
Menurut Prof Yuli, pemeriksaan kehamilan di Puskesmas masih jarang menyentuh aspek emosional ibu. “Tidak ada pertanyaan sederhana seperti, ‘Apakah ibu bahagia dengan kehamilan ini?’. Padahal, gangguan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi nyata banyak dialami ibu hamil,” ucap Prof. Yuli.
Perhatiannya pada isu ini bermula dari tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Melalui pendekatan epidemiologi sosial bertujuan menemukan akar masalah kesehatan yang sering berasal dari struktur sosial.
Ia menemukan salah satu pemicu utama adalah kehamilan yang tidak direncanakan. Keadaan ini dapat meningkatkan risiko gangguan mental, meskipun datanya belum tercatat dengan baik.
Berangkat dari temuan tersebut, Prof. Yuli mengembangkan model skrining kesehatan mental untuk ibu hamil. Tujuannya adalah melakukan deteksi dini agar tenaga kesehatan dapat memberikan rujukan yang tepat, entah itu penanganannya oleh bidan, konseling psikolog, atau layanan kesehatan jiwa.
“Jika terdeteksi sejak awal, masalah mental ibu hamil bisa ditangani lebih cepat. Ini penting bukan hanya untuk keselamatan ibu, tetapi juga untuk kualitas tumbuh kembang janin,” jelasnya.
Selain intervensi medis, Prof. Yuli juga menekankan pentingnya dukungan sosial dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan. Edukasi, konseling, dan pendampingan keberlanjutan diyakini mampu menekan risiko depresi, mencegah kematian ibu, dan bahkan berkontribusi dalam upaya pencegahan stunting.
“Generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas lahir dari rahim ibu yang sehat, baik fisik maupun mental. Maka, skrining kesehatan mental dalam layanan Antenatal Care (ANC) harus dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak,” tegas Prof. Yuli.
Prof Yuli berharap gagasannya dapat memperkuat agenda nasional dalam menekan angka tinggi kematian ibu dan melahirkan generasi masa depan yang sehat secara utuh.
Be the first to comment