
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) membuktikan keunggulan sistem pembinaan berbasis sains olahraga dengan meraih empat medali pada POMPROV Jawa Tengah 2025. Tim pencak silat UMS membawa pulang satu emas melalui Rayhana Maulida Syakiroh, satu perak dari Muhammad Abdullah Azzam, dan dua perunggu dari pasangan Dika Dwi Pratama Putra dan Diky Tri Nugroho Putro.
Nur Subekti, Kepala Pelatih Pencak Silat UMS, menjelaskan keberhasilan ini hasil dari kolaborasi lintas disiplin ilmu. Program latihan mengintegrasikan keahlian pelatih inti dengan tenaga ahli dari Program Studi Pendidikan Jasmani, termasuk Anugerah yang fokus pada strength and conditioning.
“Koordinasi pelatih, asisten, dan dosen pendamping berjalan solid. Pendekatan holistik mencakup aspek fisik, teknik, dan strategi, meski aspek mental masih menjadi tantangan mengingat latar belakang atlet yang beragam,” ujar Subekti, Minggu (20/7).
Model Training Center Non-Sentralisasi untuk Mahasiswa
UMS menerapkan sistem training center non-sentralisasi yang disesuaikan dengan jadwal akademik mahasiswa. Model inovatif ini mempertahankan keseimbangan antara prestasi olahraga dan kewajiban akademik. “Kami memperhatikan jadwal pemulihan untuk mencegah overtraining. Tantangan terbesar adalah menjaga konsistensi saat berbenturan dengan agenda kampus,” tambahnya.
Dukungan infrastruktur UMS tercermin melalui Gedung Smart Center yang menjadi fasilitas strategis bagi pengembangan atlet. Kampus juga menyediakan anggaran pembinaan, fasilitas lengkap, hingga kesempatan uji tanding yang mendukung performa optimal.
Prestasi POMPROV menjadi stepping stone menuju POMNAS 2025. Beberapa atlet potensial seperti Rayhana, Kirana, Maliki, dan Aryo Seno kini memasuki tahap persiapan intensif meski masih harus melewati seleksi BAPOMI Jawa Tengah.
Rayhana mengungkapkan program latihannya mencakup aspek fisik, teknik, dan mental dengan fokus sparring menjelang kompetisi. “Dukungan UMS sangat signifikan membangun kepercayaan diri. Kampus memberikan ruang pengembangan seimbang antara akademik dan non-akademik,” katanya.
Lebih dari prestasi olahraga, UMS memposisikan Tapak Suci sebagai media pengembangan karakter dan dakwah. “Tapak Suci bukan sekadar beladiri, tetapi sarana pembentukan akhlak mulia yang sarat nilai Islam,” pungkas Subekti.
Sistem pembinaan berbasis sport science UMS dapat menjadi model rujukan pengembangan olahraga mahasiswa Indonesia, membuktikan kolaborasi ilmiah menghasilkan prestasi optimal sambil mempertahankan keseimbangan akademik dan olahraga. []zy
Be the first to comment