Wisuda UM Buton: Menegaskan Arah Kemajuan Digital yang Berkeadaban

Wisuda UM Buton: Menegaskan Arah Kemajuan Digital yang Berkeadaban
Orasi Ilmiah Wisuda UM Buton 2025/2026 dari Muhammad Samsudin (Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah), Sabtu (13/12).

Orasi ilmiah pada Wisuda Universitas Muhammadiyah Buton (UM Buton) Tahun Akademik 2025/2026 pada Sabtu (13/12) menjadi ruang refleksi penting di tengah derasnya arus transformasi digital. Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah, Muh. Samsudin, mengingatkan bahwa kemajuan teknologi tidak boleh berhenti pada perubahan yang bersifat kosmetik semata.

Dalam orasi bertajuk “Perubahan Kosmetik dan Kemajuan Substantif dalam Peradaban Digital”, Samsudin mengajak para wisudawan untuk bersikap kritis terhadap perkembangan teknologi yang semakin cepat, tetapi sering kali tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas berpikir, etika, dan nilai-nilai kemanusiaan.

“Peradaban digital hari ini banyak menampilkan kemajuan di permukaan, tetapi belum tentu berdampak secara mendalam bagi kualitas manusia dan kehidupan sosial,” tegasnya di hadapan ratusan wisudawan dan tamu undangan.

Menurut Samsudin, salah satu tantangan terbesar peradaban digital adalah kecenderungan memuja aspek visual, popularitas instan, dan pencitraan. Teknologi kerap diperlakukan sebatas alat untuk menampilkan kemodernan, bukan sebagai sarana membangun kualitas manusia dan struktur sosial yang lebih beradab.

Ia menjelaskan, perubahan kosmetik dapat terlihat dari maraknya inovasi teknologi yang hanya menyentuh aspek luar—aplikasi yang canggih, platform yang viral, atau sistem yang serba cepat—namun minim dampak pada penguatan nalar kritis, integritas, dan kepedulian sosial.

Sebaliknya, kemajuan substantif menuntut kedalaman. Ia tidak hanya diukur dari seberapa maju teknologi digunakan, tetapi sejauh mana teknologi tersebut membentuk karakter, memperkuat etika publik, dan meningkatkan kualitas kehidupan bersama.

Selain itu, Samsudin juga mengingatkan bahwa tanpa kesadaran etis dan tanggung jawab moral, kemajuan digital justru berpotensi melahirkan krisis baru. Degradasi adab, melemahnya integritas sosial, hingga krisis kepercayaan publik menjadi ancaman nyata jika teknologi tidak diarahkan secara benar.

“Teknologi yang tidak dibingkai oleh nilai dapat menjauhkan manusia dari kemanusiaannya sendiri,” ujarnya.

Karena itu, ia menegaskan pentingnya etika digital, adab bermedia, dan prinsip amanah sebagai fondasi utama dalam memanfaatkan teknologi. Nilai-nilai Islam, menurutnya, memiliki peran strategis sebagai kompas moral dalam mengarahkan transformasi digital agar tetap berpihak pada kemaslahatan.

Samsudin menekankan bahwa Islam tidak pernah menolak kemajuan. Sebaliknya, Islam mendorong umatnya untuk menjadi pelaku peradaban. Namun, kemajuan tersebut harus dibingkai oleh nilai keadilan, tanggung jawab, dan keberpihakan pada kemanusiaan.

“Teknologi harus menjadi alat untuk kemaslahatan, bukan sekadar simbol kemajuan tanpa makna,” tegasnya.

Dalam konteks Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA), pesan ini menjadi relevan. Kampus tidak hanya dituntut melahirkan lulusan yang adaptif secara teknologi, tetapi juga insan intelektual yang memiliki kepekaan sosial, integritas moral, dan kesadaran etis dalam menghadapi era digital.

Menutup orasinya, Samsudin mengajak para lulusan UM Buton untuk menjadi generasi yang mampu menjembatani kemajuan teknologi dengan tanggung jawab sosial. Wisudawan diharapkan tidak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi penggerak perubahan yang menghadirkan inovasi digital yang berkeadaban dan berdampak nyata bagi masyarakat.

Orasi ilmiah ini menjadi salah satu pesan kunci dalam prosesi wisuda UM Buton. Sekaligus pengingat bahwa transformasi digital yang sejati bukan hanya soal kecepatan dan kecanggihan, melainkan tentang kematangan nilai dan karakter generasi penerus bangsa.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*