Rosyad Sholeh, Tokoh Sentral Muhammadiyah dan Pendiri IMM, Tutup Usia

Rosyad Sholeh, Tokoh Sentral Muhammadiyah dan Pendiri IMM, Tutup Usia
Rosyad Sholeh, Tokoh Sentral Muhammadiyah dan Pendiri IMM, Tutup Usia

Kabar duka menyelimuti keluarga besar Muhammadiyah. Tokoh senior Persyarikatan, Abdul Rosyad Sholeh, wafat pada Rabu (30/7/2025) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Almarhum dikenal sebagai sosok intelektual, organisatoris, dan pendidik yang seluruh hidupnya diabdikan untuk gerakan dakwah, pendidikan, dan penguatan kelembagaan Muhammadiyah.

Rosyad Sholeh kabarnya akan dimakamkan di Pemakaman Karangkajen, Brontokusuman, Yogyakarta, pada Kamis (31/7/2025). Kepergiannya meninggalkan jejak panjang kontribusi dan teladan dalam perjuangan keumatan.

Lahir di tengah keluarga sederhana, Rosyad kecil dibesarkan oleh sang ibu setelah ditinggal ayahnya pada usia delapan tahun. Ia menempuh pendidikan agama di Pesantren As-Salam Cepu yang diasuh KH Utsman, menantu KH. Mohammad Hasyim. Semangat belajar dan disiplin sejak dini menumbuhkan karakter kuat dalam dirinya.

Perjalanan hidupnya bak penjelajah, berpindah dari Bojonegoro ke Yogyakarta, Medan, lalu kembali ke Yogyakarta. Ketertarikannya pada Muhammadiyah tumbuh saat menempuh pendidikan di PHIN (Pendidikan Hakim Islam Negeri) Yogyakarta. Di sinilah ia berkenalan dengan semangat tajdid dan pembaruan pemikiran Islam, yang kemudian menjadi ruh perjuangannya di Muhammadiyah.

Pendiri IMM dan Mengabdi Tanpa Henti di Persyarikatan

Rosyad Sholeh adalah salah satu pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bersama Mohamad Djazman Al-Kindi dan Sudibyo Markus. Tahun 1964, ia menjabat Wakil Ketua IMM Yogyakarta, lalu diangkat sebagai Sekjen DPP IMM setahun kemudian. Di tengah tantangan internal dan eksternal, Rosyad memainkan peran penting membangun pondasi ideologis dan struktural IMM hingga organisasi ini kokoh berdiri.

IMM diresmikan pada 14 Maret 1964 dengan enam penegasan dasar, sebuah penanda gerakan mahasiswa Muhammadiyah yang mandiri, kritis, dan tajdid-oriented. Rosyad aktif di IMM hingga tahun 1977, menjadikannya bagian dari sejarah kaderisasi yang membentuk banyak pemimpin Muhammadiyah masa kini.

Jejak Rosyad Sholeh di Muhammadiyah bukan sekadar formalitas. Ia adalah organisator tulen yang menapaki jenjang dari bawah. Dimulai sebagai aktivis Pemuda Muhammadiyah di Medan dan Yogyakarta, kariernya terus menanjak: menjadi anggota PP Muhammadiyah (1975–2000), Sekretaris PP (1985–1990), Wakil Ketua PP (2000–2005), dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah (2005–2010).

Tak hanya struktural, Rosyad juga dikenal sebagai mentor dan penasehat organisasi. Ia kerap menjadi rujukan dalam penyusunan strategi dan kepemimpinan, termasuk dipercaya memimpin proses pemilihan PP Muhammadiyah dalam tujuh kali muktamar. Prof. Haedar Nashir menyebutnya sebagai “tokoh yang kata dan tindakannya sejalan, dengan kemuhammadiyahan 100 persen.”

Warisan Nilai untuk Generasi Penerus

Meski memegang banyak jabatan penting, Rosyad Sholeh dikenal sangat rendah hati. Ia tetap terbuka pada diskusi dengan kader muda, menjadi pendengar yang baik, dan penyampai nasihat yang penuh empati. Amien Rais pernah menyebutnya sebagai aktor utama dalam dinamika pemilihan kepemimpinan Muhammadiyah selama lebih dari 30 tahun.

Sikap tenang, penuh pertimbangan, dan konsisten menjadikannya figur yang disegani lintas generasi. Ia menjalani Muhammadiyah bukan sekadar aktivitas organisasi, tapi sebagai jalan hidup yang dipilih dengan mantap dan sepenuh hati.

Di usia senjanya, Rosyad tetap aktif berdakwah dan mendampingi gerakan pendidikan Muhammadiyah. Kiprahnya tidak hanya terekam dalam struktur organisasi, tetapi juga dalam nilai-nilai keikhlasan, keteladanan, dan keberpihakan pada umat. Ia selalu mengingat pesan ibunya: “NU apa Muhammadiyah, sing penting akhlak lan salate” (NU atau Muhammadiyah, yang penting akhlak dan salatnya).

Wafatnya Rosyad Sholeh menjadi kehilangan besar bagi Muhammadiyah dan dunia pendidikan Islam Indonesia. Namun, warisan gagasan, keteladanan sikap, dan rekam jejak perjuangannya akan terus hidup dalam sanubari para kader dan aktivis Persyarikatan.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*