Haedar Nashir: PTMA Harus Jadi Pilar Utama Kemajuan Pendidikan Bangsa

Haedar Nashir: PTMA Harus Jadi Pilar Utama Kemajuan Pendidikan Bangsa
Haedar Nashir: PTMA Harus Jadi Pilar Utama Kemajuan Pendidikan Bangsa

Pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang dilaksanakan pada Jumat (17/1), Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengungkapkan pandangannya tentang pentingnya penguatan konsolidasi dan kolaborasi antara perguruan tinggi Muhammadiyah (PTMA) untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Pesan beliau mencerminkan urgensi perguruan tinggi sebagai pilar kemajuan bangsa melalui kualitas pendidikan yang unggul dan berdaya saing.

Haedar Nashir menekankan bahwa PTMA harus bergerak menuju integrasi yang lebih kuat. Tidak hanya dalam aspek akademik dan riset, tetapi juga dalam hal pengelolaan keuangan dan pengabdian pada masyarakat. Konsolidasi internal PTMA, baik antara universitas yang sudah besar maupun yang lebih kecil, sangat diperlukan untuk menciptakan daya saing yang lebih tinggi. Menurutnya, kerja sama yang baik antar perguruan tinggi Muhammadiyah akan memungkinkan tercapainya tujuan yang lebih besar, terutama dalam memperbaiki kualitas pendidikan tinggi di Indonesia yang saat ini masih menghadapi ketertinggalan dibandingkan dengan negara-negara maju.

Lebih lanjut, Haedar Nashir mengungkapkan keprihatinan terhadap posisi perguruan tinggi Indonesia yang belum mampu menembus 200 besar dalam ranking universitas dunia. Meskipun, beberapa PTMA seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menunjukkan prestasi dengan masuk dalam daftar 10 besar universitas terbaik Indonesia.

Dalam konteks ini, beliau menekankan pentingnya memperhatikan kualitas pendidikan serta pengembangan riset dan pengabdian masyarakat yang akan membawa PTMA ke arah yang lebih maju dan berkemajuan. PTMA harus mampu menumbuhkan sistem pendidikan yang tidak hanya menanggapi kebutuhan saat ini, tetapi juga memproyeksikan kualitas masa depan dengan visi yang jauh ke depan.

Haedar juga mengingatkan bahwa tradisi besar Muhammadiyah yang berwawasan tajdid (pembaharuan) harus terus dijaga dan dipraktikkan dalam menghadapi berbagai tantangan. Persyarikatan Muhammadiyah, dengan dasar pemikiran teologis, ideologis dan praksis yang kuat, memiliki potensi untuk menjadi motor penggerak dalam membangun bangsa melalui pendidikan tinggi yang progresif dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Sebagai langkah konkret, Haedar Nashir memaparkan tujuh langkah strategis yang perlu ditempuh PTMA untuk menjawab tantangan tersebut. Pertama, konsolidasi internal dan antar PTMA harus diperkuat, meliputi aspek Al Islam Kemuhammadiyahan (AIK), akademik, riset, pengabdian masyarakat, dan keuangan.

“Jadi seluruh PTMA yang saat ini terhimpun sebanyak 162 kampus. Seluruhnya harus dilibatkan dalam konsolidasi, agar tidak ada yang tertinggal. Ini dapat dilakukan jika kita bersedia untuk berbagi dan mengkoneksikan pada proses konsolidasi,” ujar Haedar.

Kedua, kolaborasi antar PTMA mutlak diperlukan, terutama antara PTMA besar dengan PTMA yang masih berkembang. “PTM yang masih berkembang akan sulit untuk maju jika kita tidak melakukan kolaborasi. Namun, hal ini dapat dilakukan jika para pimpinan yang terkait juga harus bisa menyelesaikan hal-hal ‘sepele’ terlebih dahulu. Agar tidak menyulitkan kolaborasi yang akan dilakukan nantinya”.

Ketiga, investasi aset dan potensi yang dimiliki harus dioptimalkan untuk pengembangan institusi. Keempat, efisiensi dalam pengelolaan sumber daya, termasuk penggunaan anggaran untuk kegiatan di luar negeri perlu ditingkatkan dengan melihat urgensinya.

Kelima, prioritas pembangunan fisik harus mempertimbangkan asas “mendahulukan yang lebih penting dari yang penting”. Keenam, standar kualitas perlu ditetapkan sebagai acuan PTMA untuk naik kelas, mengingat 60% PTMA masih berada di level menengah ke bawah.

Ketujuh, pembaharuan regulasi termasuk standarisasi statuta dan restrukturisasi senat universitas harus dilakukan untuk menghindari politisasi dalam tata kelola PTMA.

Haedar juga menekankan pentingnya dukungan terhadap pengembangan Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) sebagai milestone internasionalisasi Muhammadiyah. Target 2.000 mahasiswa pada 2028 diharapkan dapat tercapai melalui skema iuran beasiswa dari seluruh PTMA.

Langkah-langkah strategis ini sejalan dengan tradisi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan yang selalu adaptif terhadap perubahan zaman. Apalagi di era kompetisi global dan revolusi teknologi yang kian pesat. PTMA dituntut untuk bergerak lebih dinamis dan progresif dalam membangun masa depan pendidikan tinggi Indonesia. []ic

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*