Fenomena Gerhana Bulan Total di UM Surabaya: Satu langit, Satu Indonesia

Fenomena Gerhana Bulan Total di UM Surabaya Satu langit, Satu Indonesia
Gerhana Bulan Total yang berhasil diabadikan oleh Tim Galator saat puncak gerhana, 8 September 2025 Pukul 01.11 WIB.

Minggu malam hingga dini hari Senin, 7-8 September 2025, langit Indonesia menjadi panggung keajaiban alam. Bulan yang biasanya bersinar putih pucat perlahan berubah menjadi merah tembaga. Fenomena Gerhana Bulan Total atau yang kerap dijuluki Blood Moon ini terlihat jelas dari Surabaya, mulai pukul 23.27 WIB hingga berakhir pada 02.56 WIB. Selama lebih dari satu jam, tepatnya 1 jam 22 menit, Bulan tenggelam dalam bayangan bumi dengan puncak gerhana terjadi pada 01.11 WIB.

Di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), momen ini disambut hangat oleh Klub Astronomi Galator yang menggelar kegiatan pengamatan bertajuk “Satu Langit, Satu Indonesia”. Mahasiswa dan dosen dari Program Studi Hukum Keluarga Islam (HKI), Fakultas Agama Islam, turut hadir di rooftop lantai 4 At-Tauhid Tower untuk menyaksikan langsung fenomena langit yang langka ini.

Sebelum pengamatan dimulai, peserta mendapat pembekalan materi dari pembina Klub Astronomi Galator, Andi Sitti Maryam, M.Si.. Baginya, gerhana bukan sekadar tontonan langit, tetapi juga sarana belajar ilmu falak yang erat kaitannya dengan kajian syariah, khususnya dalam menentukan kalender hijriah dan waktu ibadah.

“Pengamatan ini bukan hanya mengasah pengetahuan astronomi mahasiswa, tetapi juga menjadi ruang edukasi bagi masyarakat agar bisa lebih dekat dengan tanda-tanda kebesaran Allah,” ujarnya.

Tepat pukul 01.00 WIB, di bawah cahaya redup bulan yang sedang tertutup bayangan bumi, dilaksanakan Sholat Khusuf (Sholat Gerhana Bulan). Bertindak sebagai imam sekaligus khatib adalah Dr. Mohammad Ikhwanuddin, S.H.I., M.H.I., Kaprodi HKI UM Surabaya.

Dalam khutbahnya, ia mengingatkan jamaah bahwa gerhana adalah salah satu ayat Allah, tanda kebesaran Allah di jagat raya.

“Salat gerhana disunnahkan dalam Islam dengan hikmah agar umat senantiasa mengingat-Nya melalui tanda-tanda kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya seperti Bulan ini. Setiap tanda kebesaran Allah juga menyimpan ketetapan dan ukuran-Nya,” tegas Ikhwan.

Bagi mahasiswa, pengalaman malam itu tidak hanya soal ilmu, tetapi juga rasa kebersamaan. Rayhan Ilman, Ketua Klub Astronomi Galator sekaligus mahasiswa HKI semester 7, mengaku terkesan dengan suasana pengamatan yang penuh hikmah.

“Fenomena langit mampu menarik ketertarikan masyarakat dalam situasi seperti gerhana ini. Momen ini bisa dijadikan sarana menyatukan anak bangsa, menengadahkan wajah dengan perasaan yang sama. Serta melabuhkan doa pada Tuhan yang sama, dan memandang ke arah langit yang sama. Satu langit, Satu Indonesia,” ucapnya.

Fenomena Gerhana Bulan
Seluruh fase gerhana berikut waktu-waktunya yang diabadikan oleh Tim Galator pada Gerhana Bulan Total 7-8 September 2025.

Gerhana Bulan Total 2025 bukan hanya catatan astronomi, melainkan juga pengingat spiritual dan sosial. Di bawah satu langit yang sama, ribuan pasang mata menyaksikan peristiwa yang sama, di waktu yang sama. Dari Surabaya hingga ke pelosok negeri, masyarakat Indonesia seakan dipertemukan dalam kekaguman kolektif terhadap ciptaan-Nya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*