Dosen Umsida Ciptakan PESTA, Inovasi Pembakaran Sampah Tanpa Asap dan Bernilai Ekonomi

Dosen Umsida Ciptakan PESTA, Inovasi Pembakaran Sampah Tanpa Asap dan Bernilai Ekonomi
Dosen Umsida Ciptakan PESTA, Inovasi Pembakaran Sampah Tanpa Asap dan Bernilai Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) kembali melahirkan inovasi ramah lingkungan. Melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Totok Wahyu Abadi, dosen Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial (FBHIS), menciptakan PESTA (Pembakaran Sampah Tanpa Asap). Program ini dilaksanakan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Desa Suko, Kecamatan Sidoarjo, dengan melibatkan masyarakat RW 09 dan kelompok dasawisma setempat, pada Selasa (23/9/2025).

Totok menjelaskan, praktik pembakaran sampah terbuka masih banyak dijumpai dan sering menimbulkan polusi udara, bau tak sedap, hingga mengganggu kesehatan masyarakat. PESTA hadir sebagai solusi modern yang mampu mengurangi volume sampah hingga 1 ton per hari dengan sistem insinerator tanpa asap berbahaya.

“Inovasi ini hadir agar pengelolaan sampah lebih tertata, aman, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat,” ujarnya.

PESTA bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga menghasilkan produk bernilai tambah. Limbah abu pembakaran dapat diolah menjadi paving block, batako ringan, pupuk organik, maupun pupuk cair. Sementara itu, asap cair yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai herbisida alami.

Alat ini dirancang dengan tungku api roket, blower, burner berbahan bakar oli bekas, serta sistem injeksi air dan scrubber yang mampu menyaring hingga 95 persen asap berbahaya. Dengan suhu pembakaran mencapai 1.000°C serta dukungan cerobong asap dan filtrasi, udara di sekitar tetap terjaga kualitasnya.

“Dengan teknologi ini, biaya pengangkutan sampah dapat ditekan dan hasil sampingan bisa mendukung ekonomi sirkular,” jelas Totok.

Inovasi ini sejalan dengan komitmen pembangunan berkelanjutan, khususnya SDGs 6 tentang sanitasi layak dan SDGs 8 tentang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Program pengabdian masyarakat ini tidak berhenti pada aspek teknologi, melainkan juga menyentuh pemberdayaan warga. Tim Umsida mengadakan sosialisasi, pelatihan pemilahan sampah, pendampingan operasional alat, hingga evaluasi rutin.

Warga Desa Suko dilibatkan aktif dalam pengembangan bank sampah serta pengolahan produk turunan hasil pembakaran. Ketua RW 09, Endro Bagus S, menyampaikan apresiasinya. “Dengan alat ini, pengelolaan sampah lebih tertata. Kami bangga menjadi pilot project penggunaan insinerator tanpa asap,” ungkapnya.

Selanjutnya, program Abdimas ini akan diperkuat dengan pelatihan perawatan alat, keselamatan kerja, penyusunan SOP, serta strategi pemasaran produk olahan sampah. Dengan demikian, PESTA tidak hanya menjadi inovasi teknologi, tetapi juga menjadi motor penggerak pemberdayaan masyarakat sekaligus model pengelolaan sampah berkelanjutan di tingkat desa.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*