Bramasgana Umsida Dampingi Keluarga Korban Runtuhnya Ponpes Al Khoziny

Bramasgana di Ponpes Al Khoziny

Duka mendalam menyelimuti Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, setelah bangunan pesantren runtuh pada Senin (29/9/2025) sore. Musibah ini merenggut sedikitnya lima nyawa santri, sementara puluhan lainnya masih dalam proses pencarian di bawah puing-puing bangunan hingga Kamis (2/10/2025) pagi.

Di tengah suasana haru, sejumlah relawan turut hadir memberikan bantuan, salah satunya Tim Brigadir Relawan Mahasiswa Tanggap Bencana Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Bramasgana Umsida).

Kronologi Runtuhnya Bangunan Pesantren

Seorang santri kelas 1 MA asal Sumenep menceritakan detik-detik bangunan ambruk. Saat itu, jamaah tengah melaksanakan salat Asar, tepatnya di rakaat kedua. “Santri di shaf pertama sampai keempat selamat karena bangunannya terpisah. Tapi yang di belakang tertimpa reruntuhan,” tuturnya.

Ia sendiri berada di shaf ketujuh, sempat pingsan, lalu sadar dan berusaha merangkak keluar bersama dua temannya. Luka di sekitar mata dan punggung masih ia rasakan hingga kini.

Kisah serupa juga dialami keluarga korban. Seorang ibu berusia 55 tahun, berinisial S, mengaku kehilangan salah satu dari tiga putranya yang mondok di Al Khoziny. Dua anaknya telah ditemukan, sementara seorang lainnya masih belum diketahui keberadaannya. Trauma membuat kondisi fisiknya menurun, mulai dari pusing, sulit tidur, hingga tekanan darah tinggi.

Di lokasi, Bramasgana Umsida tak hanya membantu evakuasi, tetapi juga memberikan pendampingan psikososial dan kesehatan bagi keluarga korban. Mahasiswa Prodi Psikologi Umsida mendampingi keluarga yang dilanda kepanikan, bekerja sama dengan tim medis dari Kementerian Sosial.

Sementara relawan kesehatan dari Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Umsida rutin memeriksa kondisi para keluarga korban yang menunggu kabar di posko. Mereka juga berusaha meringankan trauma anak-anak kecil dengan mengajak bermain dan bercerita.

“Kami berusaha hadir tidak hanya untuk membantu secara medis, tapi juga memberi penguatan psikologis agar keluarga korban tidak larut dalam duka,” ujar salah satu anggota Bramasgana, Vivi Nabila Azzahro.

Upaya pencarian korban dilakukan intensif oleh Basarnas. Menurut keterangan, secara normal seseorang hanya dapat bertahan di bawah reruntuhan maksimal empat jam, sehingga setiap detik sangat berarti.

Selain proses evakuasi, doa bersama juga digelar untuk mendoakan para korban dan memberikan kekuatan bagi keluarga. Sejumlah pejabat hadir di lokasi, termasuk Menteri Sosial, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, dan Gus Ipul.

Bramasgana Umsida dijadwalkan akan terus bertugas secara bergantian di lokasi hingga waktu yang belum ditentukan.

Laporan lapangan oleh: Vivi Nabila Azzahro, tim Satgas Bramasgama Umsida

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*