Universitas Muhammadiyah Bima (UM Bima) terus memperkuat pendidikan karakter kebangsaan di lingkungan kampus. Hal ini diwujudkan melalui kuliah tamu yang digelar Program Studi Ilmu Komputer dengan tema “Pancasila dalam Lintasan Sejarah: Dari Pembentukan hingga Aktualisasinya dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”, Kamis (23/10) secara daring melalui Zoom Meeting.
Kegiatan menghadirkan Anjulin Yonathan Kamlasi, dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) FKIP Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, sebagai narasumber utama.
Dalam paparan materinya, Anjulin memaparkan proses historis lahirnya Pancasila sebagai dasar negara, mulai dari sidang BPUPKI hingga pengesahannya oleh PPKI pada 1945. Ia menegaskan bahwa memahami Pancasila tidak cukup hanya pada level pengetahuan.
“Mahasiswa harus mampu menghidupkan Pancasila dalam Tindakan, baik di ruang digital, organisasi, maupun kontribusi nyata di masyarakat,” ujarnya.
Perkembangan teknologi informasi, kata Anjulin, tidak boleh menggeser nilai moral dan kebangsaan yang menjadi fondasi bangsa Indonesia.
Dosen Pendidikan Pancasila UM Bima, Taufiqurrahman, dalam pengantarnya menyampaikan bahwa mahasiswa berbasis teknologi harus memiliki kompas etika yang jelas.
“Sebagai calon sarjana komputer, inovasi teknologi harus berpijak pada nilai-nilai Pancasila. Kemajuan digital harus selaras dengan integritas kebangsaan,” tutur alumni Pelatihan Nasional Pancasila.
Kuliah tamu berlangsung interaktif dengan sesi tanya jawab terkait tantangan ideologi di era global dan penerapan Pancasila dalam dunia teknologi dan media digital.
Acara yang diikuti puluhan mahasiswa Ilmu Komputer ini sekaligus menjadi upaya UM Bima dalam melahirkan lulusan yang tidak hanya kompeten di bidang akademik, tetapi juga berkarakter kebangsaan kuat sesuai nilai-nilai Islam berkemajuan.
Program Studi Ilmu Komputer berharap kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa bahwa teknologi dan jati diri bangsa harus berjalan seiring demi masa depan Indonesia yang unggul dan berdaulat.
Be the first to comment