Ganjar Pranowo Ajak Mahasiswa UNISA Yogyakarta Jaga Demokrasi Beretika dan Berbasis Data

Ganjar Pranowo Ajak Mahasiswa UNISA Yogyakarta Jaga Demokrasi Beretika dan Berbasis Data
Ganjar Pranowo Ajak Mahasiswa UNISA Yogyakarta Jaga Demokrasi Beretika dan Berbasis Data

Suasana ruang sidang Gedung Siti Moendjijah Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta pada Jumat (24/10) terasa berbeda. Ratusan mahasiswa dari Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora (FEISHum) memenuhi ruangan untuk mengikuti Kuliah Kebangsaan bersama Ganjar Pranowo, tokoh politik nasional sekaligus mantan Gubernur Jawa Tengah.

Kegiatan yang bertajuk “Demokrasi dan Kebebasan Berpendapat di Era Kontemporer: Refleksi atas Dinamika Sosial Politik di Indonesia” ini menjadi ruang dialog penting bagi mahasiswa, khususnya dalam memahami peran generasi muda sebagai penjaga demokrasi.

Wakil Rektor IV UNISA Yogyakarta, M. Ali Imron, menyampaikan bahwa menghadirkan sosok yang memiliki pengalaman panjang di pemerintahan merupakan kesempatan berharga. Mahasiswa, menurutnya, harus mampu menyerap nilai dan keteladanan dari pemimpin yang telah berkontribusi bagi bangsa.

“Mahasiswa bisa mencontoh perjalanan karier Pak Ganjar agar sukses dalam kehidupan mereka, terutama dalam konteks Indonesia hari ini,” ujarnya.

Ali Imron juga menegaskan bahwa mahasiswa UNISA harus mampu merespons isu-isu kebangsaan dengan pemikiran kritis dan konstruktif.

Demokrasi Butuh Ruang, Kritik Butuh Etika

Dalam pemaparannya, Ganjar menyoroti dinamika kebebasan berpendapat di Indonesia yang menurutnya tetap memerlukan ruang yang aman dan sehat, jauh dari tindakan represif maupun ujaran tanpa dasar.

“Masukan dari mahasiswa adalah cerminan harapan generasi muda terhadap pemerintahan yang terbuka. Tapi kritik harus berbasis data, bukan hoaks atau sekadar memaki,” tegasnya.

Ganjar juga menyebutkan bahwa mahasiswa memiliki posisi penting sebagai penyeimbang kekuasaan. Namun, setiap aspirasi harus disampaikan dengan etika dan tanggung jawab moral.

Ganjar mengajak mahasiswa untuk aktif dalam proses perubahan kebijakan, baik melalui organisasi kampus maupun kanal resmi pemerintahan.

“Ada banyak cara untuk ikut terlibat, misalnya di DPRD, di pemerintahan daerah, atau melalui forum-forum diskusi publik,” katanya.

Baginya, demokrasi tidak berhenti di ruang kelas. Ia harus terus hidup dan menjadi praktik nyata dalam keseharian masyarakat, termasuk di lingkungan akademik.

Sebagai bagian dari Amal Usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, UNISA terus berkomitmen menjadi ruang pembentukan nalar kritis dan karakter berkemajuan sesuai misi Muhammadiyah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Ganjar pun menekankan pentingnya daya juang mahasiswa untuk menghadapi tantangan zaman.

“Diskusi seperti ini penting untuk membangun bangsa. Mahasiswa bukan hanya harus tahu, tetapi juga mau melakukan,” ujarnya.

Kuliah Kebangsaan ini ditutup dengan dialog interaktif yang diwarnai berbagai pertanyaan kritis mengenai kondisi sosial politik terkini. Semangat mahasiswa dalam berdiskusi menjadi bukti bahwa ruang akademik masih dan harus terus menjadi garda terdepan penjaga demokrasi.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*