Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) menegaskan komitmennya sebagai kampus yang terbuka dan berkeadilan bagi semua kalangan dengan meresmikan Unit Inklusi (UNIK). Langkah ini menjadi keseriusan UMMI dalam membangun lingkungan akademik yang ramah disabilitas dan menghargai keberagaman.
Peresmian UNIK dilaksanakan di Auditorium UMMI, Rabu (12/11/2025), sekaligus dirangkaikan dengan seminar bertema “Mewujudkan Kampus Inklusif dan Berkeadilan Melalui Peresmian Unit Inklusi (UNIK)”.
Kegiatan ini dihadiri oleh dosen, mahasiswa, perwakilan Sekolah Luar Biasa (SLB), serta berbagai instansi terkait seperti Dinas Pendidikan Kota dan Kabupaten Sukabumi, Dinas Sosial, Sahabat Saksi dan Korban, serta komunitas disabilitas.

Ruang Belajar yang Inklusif
Dalam seminar tersebut, UMMI menghadirkan narasumber dari Universitas Negeri Jakarta, Dosen Pendidikan Khusus M. Arif Taboer, yang membahas pentingnya perguruan tinggi membangun budaya inklusif, bukan sekadar penyediaan fasilitas fisik.
Menurutnya, inklusivitas adalah bagian dari transformasi budaya kampus—membuka ruang empati, pemahaman, dan kolaborasi antarwarga kampus tanpa sekat perbedaan.
Ketua Unit Inklusi UMMI, Luthpi Saepuloh, menegaskan bahwa kehadiran UNIK bukan sekadar unit administratif, melainkan wadah pembelajaran dan pemberdayaan.
“Kami di Unit Inklusi insyaAllah menjadi rumah bagi sivitas akademika—tempat kita belajar memahami disabilitas, menghargai sesama, dan tumbuh bersama,” ujarnya Rabu (12/11).
UNIK UMMI ke depan akan fokus pada penyediaan layanan akademik dan non-akademik, pengembangan teknologi asistif dan adaptif, serta peningkatan kemandirian mahasiswa penyandang disabilitas.
Rektor UMMI, Reny Sukmawani, menyampaikan apresiasinya terhadap tim yang telah menggagas pembentukan UNIK. Ia menilai langkah ini selaras dengan misi UMMI sebagai kampus berkemajuan yang menempatkan kemanusiaan sebagai nilai inti pendidikan.
“Mudah-mudahan dengan itikad baik ini, Allah memberikan keberkahan untuk UMMI. Kami ingin UMMI terus menyiapkan sarana dan prasarana yang layak, tidak hanya bagi mahasiswa disabilitas tetapi juga bagi seluruh sivitas akademika,” ujarnya.
Peresmian UNIK turut dimeriahkan oleh penampilan Willy Albani, mahasiswa disabilitas netra dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UMMI, yang tampil menginspirasi dan memukau seluruh peserta seminar.
Dengan berdirinya Unit Inklusi ini, UMMI menegaskan komitmennya untuk menjadi kampus yang humanis, adaptif, dan bebas diskriminasi. Inisiatif ini sekaligus menjadi bagian dari upaya Muhammadiyah memperluas makna amar ma’ruf nahi munkar di bidang pendidikan—yakni dengan memastikan akses dan kesempatan belajar yang setara bagi semua.
“Inklusivitas bukan hanya soal fasilitas, tapi soal sikap. Melalui UNIK, UMMI ingin memastikan setiap insan merasa diterima, dihargai, dan diberi ruang untuk tumbuh,” tutur Luthpi Saepuloh.
Langkah UMMI ini diharapkan menjadi inspirasi bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) lainnya dalam memperkuat komitmen terhadap pendidikan yang inklusif dan berkeadilan.
Be the first to comment