Putri Penjual Ikan Keliling Raih Cumlaude di TMU: Kisah Perjuangan yang Menggetarkan dan Menginspirasi

Putri Penjual Ikan Keliling Raih Cumlaude di TMU: Kisah Perjuangan yang Menggetarkan dan Menginspirasi
Izah Mulyani Raih Cumlaude di TMU: Kisah Perjuangan yang Menggetarkan dan Menginspirasi

Momen wisuda Tegal Muhammadiyah University (TMU) pada Rabu (10/12) berubah haru ketika nama Izah Mulyani, mahasiswa terbaik Program Studi D3 Kebidanan, dipanggil maju ke podium. Dengan suara yang bergetar, ia menyampaikan pidato yang bukan hanya menggugah emosi para hadirin, tetapi juga menjadi pengingat tentang arti ketekunan, syukur, dan keberpihakan pendidikan.

Izah berasal dari Desa Tembok Luwung, Kecamatan Adiwerna. Putri pasangan Tasdik dan Muidah ini tumbuh di tengah keterbatasan ekonomi. Ayahnya bekerja sebagai penjual ikan keliling, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga yang selalu mendukung pendidikan anak-anaknya.

Kesederhanaan itu tidak menghalangi cita-citanya menjadi tenaga kesehatan. Bahkan ketika ia gagal masuk perguruan tinggi negeri, Izah tidak berhenti melangkah. Atas dorongan kerabat dan tekad yang kuat, ia mendaftar ke TMU melalui jalur beasiswa—dan diterima sebagai penerima Beasiswa Lazismu PDM Kabupaten Tegal.

Di tengah suasana wisuda, Izah menyampaikan rasa syukur yang ia yakini sebagai karunia Ilahi.

“Saya berdiri di sini bukan karena saya hebat, tapi karena Allah SWT yang berkehendak,” ujarnya, yang langsung disambut tepuk tangan panjang.

Dalam pidatonya, ia memberi penghormatan mendalam kepada orang tuanya yang tak pernah menyerah, para dosen, tenaga kependidikan, serta semua pihak yang menjadi bagian dari perjalanan akademiknya. Ia menegaskan bahwa keberhasilannya bukan hasil kerja individu, melainkan buah dari kebaikan dan doa banyak orang.

Izah juga menyinggung pengalaman belajar di program kebidanan yang menuntut kesiapan mental, profesionalisme, dan empati tinggi.

“Tempat praktik adalah tempat belajar yang sesungguhnya,” katanya.

Ia menuturkan bahwa mahasiswa kebidanan tidak hanya bersentuhan dengan alat peraga, tetapi langsung berhadapan dengan pasien yang membutuhkan ketelitian, ketulusan, dan rasa kemanusiaan.

Wisuda kedua TMU tahun ini sekaligus menegaskan komitmen kampus untuk membuka akses pendidikan bagi generasi muda dari berbagai latar belakang. Program beasiswa, termasuk kerja sama dengan Lazismu, memberikan peluang bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu untuk tetap meraih pendidikan tinggi bermutu.

Rektor dan jajaran pimpinan TMU menegaskan bahwa kisah seperti Izah adalah cerminan dari visi TMU sebagai kampus yang memberi ruang bagi lahirnya talenta masa depan bangsa.

Di akhir pidatonya, Izah menutup dengan kalimat penuh harapan, “Ini bukan akhir dari perjuangan, tapi awal dari perjalanan baru.”

Hadirin berdiri memberikan tepuk tangan panjang. Kisah Izah menjadi pengingat bahwa latar belakang tidak pernah menjadi batasan. Dengan kerja keras, doa, dan dukungan yang tepat, mimpi untuk meraih pendidikan berkualitas tetap dapat diperjuangkan.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*