Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Tiongkok dirintis dalam sebuah gagasan mahasiswa-mahasiswa Muhammadiyah yang berkuliah di Tionghoa pada tahun 2016. Kala itu, dikumpulkan para mahasiswa yang pernah bersinggungan dengan Muhammadiyah. Tidak peduli apakah “hanya” berafiliasi dengan Muhammadiyah karena faktor keturunan keluarga Muhammadiyah, faktor pendidikan melalui sekolah-sekolah Muhammadiyah, atau relasi-relasi sosial seperti tergabung dengan organisasi otonom Muhammadiyah.
Ir Endy Saiful Alim MSc, dosen UHAMKA pada saat itu menjadi Ketua PCIM Tiongkok pertama saat didirikannya pada tahun 2017. Ketika pergantian roda kepemimpinan dua tahun kemudian, terpilihlah Muhammad Aziz, dosen UAD yang mengenyam studi lanjut di Hohai University, Nanjing, Tiongkok. Redaksi Warta PTM melakukan wawancara dengan Aziz untuk mengisahkan sepak terjang dan perjalanan merentangkan sayap dakwah Muhammadiyah di Negeri Tirai Bambu.
PCIM Tiongkok Kian Bertumbuh dan Menjalin Relasi
Dalam masa-masa awal pertumbuhannya, salah satu prioritas pertama yang dilakukan oleh PCIM Tiongkok adalah menjalin relasi. Relasi-relasi yang dibangun di antaranya adalah dengan KBRI di Beijing, PPIT, dan PCINU. Muhammad Aziz menyampaikan bahwa keberhasilan relasi yang baik oleh PCIM Tiongkok tidak dapat terlepaskan dari komunikasi yang telah berjalan antara Muhammadiyah dengan China Islamic Association (CIA) sejak 2019. “Bahkan, komunikasi di antara kedua pihak sudah membicarakan tentang kemajuan Islam di Tiongkok, kesuksesan CIA dalam membangun masjid-masjid di seluruh Tiongkok, dan pengadaan madrasah atau sekolah Islam di Kota Beijing,” demikian yang disampaikan oleh Aziz.
Sehubungan dengan tujuan untuk mempererat relasi yang telah terbangun, PCIM Tiongkok mengimplementasikannya dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. “Jadi, kami memastikan bahwa kegiatan-kegiatan PCIM Tiongkok berdampak pada orang banyak, baik warga maupun persyarikatan, baik di Tiongkok maupun Indonesia,” paparnya.
Kegiatan-kegiatan itu di antaranya adalah pengadaan kajian-kajian secara rutin di beberapa kota di Tiongkok, sosialisasi kepada para pelajar di Indonesia mengenai kiat-kiat memperoleh beasiswa, baik Sarjana, Master, maupun Doktoral di Tiongkok, hingga penggalangan donasi yang nantinya akan langsung disalurkan ke LazisMu setiap ada bencana alam. Di PCIM Tiongkok sendiri memang memiliki LazisMu di bawah koordinasi PCIM Tiongkok yang telah memberikan bantuan terhadap bencana bagi Indonesia, seperti banjir di Banten, bencana di Palu, termasuk korban pandemi COVID-19. “Ada sekitar 82 mahasiswa Indonesia yang terjebak di Kota Wuhan ketika awal-awal COVID-19. PCIM Tiongkok memberi bantuan kepada mereka,” ujar Aziz.
Relasi yang berusaha dibangun oleh PCIM Tiongkok tidak hanya terbentang dalam ruang lingkup Tiongkok saja, tetapi juga Indonesia. Sebagai contoh, PCIM Tiongkok terus secara masif mengadakan mediasi dalam penandatanganan mutual of understanding (MoU) antara perguruan tinggi di Tiongkok dengan perguruan tinggi Muhammadiyah atau ‘Aisyiyah (PTMA) di Indonesia.
Selain relasi-relasi dengan lembaga, salah satu relasi yang disorot oleh Aziz adalah antara PCIM Tiongkok dengan Duta Besar Indonesia di Tiongkok. Ia mengakui bahwa rekognisi dan dukungan dari Dubes RI di Tiongkok merupakan hal yang besar dan berarti bagi PCIM Tiongkok. Bahkan, hal yang diapresiasi lagi adalah kehadiran Dubes RI dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sebagai bentuk pengakuan terhadap kegiatan dan aktivitas PCIM Tiongkok di ruang lingkup Tiongkok. “Nggak hanya itu, tapi Dubes RI untuk Tiongkok juga bersedia untuk memfasilitasi dan menjembatani kebutuhan-kebutuhan lainnya. Selama itu satu tujuan dengan perluasan jaringan Muhammadiyah di mana PCIM Tiongkok menjadi organisasi otonom Muhammadiyah di Tiongkok,” tambahnya.
Akan tetapi, bukan berarti relasi yang dijalin oleh PCIM Tiongkok selesai sampai di situ. Ke depannya, Aziz mencanangkan akan memperluas relasi dengan kelompok masyarakat ekonomi syariah. Sebab, PCIM Tiongkok dinilai dapat berperan penting untuk masuk ke dalam celah di masyarakat dan hadir sebagai pemberi dakwah Islam dan Kemuhammadiyahan kepada global. “Nantinya, relasi-relasi yang direncanakan untuk dijalin juga bisa dipertegas dalam bentuk program pengabdian masyarakat internasional,” lanjut Aziz.
Konsisten terhadap Komitmen Berdakwah
Saat ini, PCIM Tiongkok memiliki belasan PCIM Tiongkok Regional yang setingkat dengan Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) di beberapa kota di Tiongkok. Di antaranya adalah PCIMT Regional Beijing, PCIMT Regional Nanjing, PCIMT Regional Wuhan, PCIMT Regional Shanghai, PCIMT Regional Hangzhou, PCIMT Regional Changchun, PCIMT Regional Harbin, PCIMT Regional Kunming, PCIMT Regional Xi’an, PCIMT Regional Nanning, dan PCIMT Regional Fuzhou.
Lebih lanjut, secara pribadi, Aziz menyoroti keunikan dan keteguhan yang ia dapatkan ketika mengamati sendiri bagaimana dakwah-dakwah Islam digaungkan oleh komunitas-komunitas Muslim di Tiongkok. Salah satu hal yang unik adalah adanya lantunan adzan dalam bahasa Mandarin. Selain itu, kegiatan-kegiatan keagamaan juga masih banyak dilakukan. “Bahkan, Indonesia itu cukup dikenal di kalangan masyarakat Tionghoa. Warga-warga di Tiongkok kebanyakan tahu kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta atau Surabaya,” ujarnya berkisah. Hal ini meningkatkan ghirah baginya dan PCIM Tiongkok secara umum dalam meninggalkan jejak kebaikan melalui dakwah Kemuhammadiyahan.
Ke depannya, PCIM Tiongkok bertekad untuk terus melangsungkan kegiatan-kegiatan yang telah diadakan sebelumnya, termasuk kegiatan-kegiatan yang sempat tertahan akibat pandemi. Sebagai penutup, Aziz menyampaikan bahwa hal yang menjadi ciri khas bagi komunitas dan organisasi agama yang minoritas di suatu lingkungan—termasuk Tiongkok yang notabene mayoritas nonmuslim—adalah ikatan persaudaraan Muslim di Tiongkok yang begitu kuat. Hal itu ditunjukkan dari sambutan hangat bagi PCIM Tiongkok, dan juga keramaian serta kemeriahan ketika salat Jum’at atau memasuki bulan Ramadhan. “Tetap ramai dan ramah,” demikian Aziz menyampaikan kesannya.
Kemudian, produk dari salah satu program kerja dalam PCIM Tiongkok yang sedang diupayakan oleh Aziz dan teman-teman agar selesai adalah penyusunan buku. Ini menjadi bagian dari komitmen PCIM Tiongkok untuk dapat meneguhkan tekad dalam memperlebar bentangan sayap dakwah Muhammadiyah. “Kami juga sedang menyusun buku tentang Muhammadiyah dan Tiongkok. Mudah-mudahan bisa selesai,” ujarnya menutup wawancara bersama Tim Redaksi Warta PTM dengan harapan.[] RAS
Be the first to comment