Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi dengan jumlah luas lahan gambut terbesar di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Kapokja Edukasi dan Sosialisasi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Kementrian KLHK Dr Ir Suwignya Utama MBA pada pertemuan bersama Wakil Rektor 1 Dr Wirdari Irma MSi dan Ketua LPPM Dr Aidil Haris SSos MSi di ruang Rapat Pimpinan Umri pada kamis (27/07/2023) pagi.
Edukasi dan Sosialisasi gambut dan mangrove menjadi pembahasan utama dalam pertemuan antara BRGM dan LPPM UmriI khususnya Pusat Studi Gambut dan Mangrove Umri.
Disampaikan Suwignya, dalam program kerja nya yang akan habis di tahun 2023 ini ia dan tim nya semakin gencar memberikan edukasi mengenai mangrove dan gambut kepada masyarakat termasuk mubaligh hingga para petani. “Kami dari tim edukasi dan sosialisasi fokus menangani kedua hal tersebut juga pelatihan dan pengelolaan informasi” sebutnya.
Selain menggandeng mubaligh dan dai dalam menyuarakan pelestarian mangrove, BRGM juga memiliki program sekolah petani gambut sebagai bentuk edukasi berkelanjutan. “Filosofinya kami mencoba mengembangkan sekolah petani gambut, bertani di gambut ramah lingkungan, memutuskan ketergantungan dengan input-input pertanian” sebutnya. selanjutnya kader petani gambut ini bisa secara mandiri mengembangkan program ini di lingkungan masyarakatnya.
Suwignyo menargetkan edukasi mengenai gambut dan mangrove ini bisa menjadi sebuah pendidikan wajib di sekolah di provinsi Riau, untuk itu ia memandang Umri bisa ikut andil dalam usaha edukasi tersebut. “Termasuk materi ajar dan sebagainya kami minta paling tidak ada tenaga ahlinya yang bisa mengawal” tambahnya.
Selain itu, suwignya berharap kerjasama kedua pihak ini pada akhirnya bisa menjebolkan kebijakan dari dinas pendidikan provinsi riau dalam menerapkan edukasi mengenai gambut dan mangrove di tingkat pendidikan dasar.
Wakil rektor I Dr Wirdati Irma MSi dalam sambutannya menyampaikan bahwa Umri sudah memiliki pusat studi gambut dan mangrove. Penulis buku mengenai jenis mangrove di sungai apit tersebut menyampaikan bahwa pusat studi ini merupakan pusat studi mangrove dan gambut pertama yang ada di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA).
Sementara itu, Hadi Purwanto MPd sebagai koordinator Pusat Studi Mangrove dan Gambut Umri dalam pemaparan programnya berpendapat bahwa program kerja pusat studi nya secara khususnya berbeda dengan yang dilaksanakan oleh BRGM, namun secara umum sejalan dan bisa saling mendukung. “Misi kami adalah penyadartahuan masyarakat terhadap lahan gambut dan mangrove, namun bidikan kami ke sekolah dengan menyiapkan kurikulum” jelasnya.
Hadi mencontohkan usaha kesadaran lingkungan ini melalui salah satu programnya dengan memberi edukasi jenis-jenis mangrove yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. “Karena itu kami mengajak satu dosen farmasi” jelas Hadi Purwanto
Hal ini jelas hadi, bisa memberikan pengaruh besar kepada ekosistem dengan harapan bahwa pendudukan muda yang terpapar pendidikan mengenai mangrove dan gambut ini semakin menjaga lingkungannya secara sutainable. “Harapannya 2030 bisa memberdayakan gambut dan mangrove” bebernya lagi.
Untuk mendukung program ini, Hadi dan tim sudah menyiapkan modul ajar mengenai kedua topik tersebut. “Saat ini yang sudah selesai modul mengenai mangrove, untuk gambut masih dalam tahap penyempurnaan” sebutnya. modul ajar ini tentu diimbangi dengan edukasi terlebih dahulu kepada tenaga pengajar di sekolah targetnya.
Kedua pihak berharap kedepannya kerjasama yang dibangun nantinya mampu menciptakan kebijakan yang sifatnya operasional dari pemerintah provinsi sehingga program kerja Umri dan BRGM. “Kita juga berharap support dari BRGM dalam membreakdown program kerja kami menjadi program bersama” harap Hadi di penghujung pemaparannya.
Be the first to comment