Buku Jadi Jembatan Ilmu Antara Akademisi Dengan Masyarakat

Publikasi menjadi cerminan eksistensi dari seorang akademisi, termasuk dosen. Tulisan yang dipublikasi, apapun bentuknya menjadi bukti kebaharuan yang ditawarkan kepada publik oleh dosen. Dr. phil. Ridho Al-Hamdi, M.A. salah satu dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sekaligus seorang penulis menganggap bahwa publikasi seperti buku dapat menjadi jembatan bagi masyarakat dalam memahami ilmu secara ringan namun tetap menyeluruh.
“Perlu diingat bahwa buku itu jangkauannya lebih luas, tidak seperti jurnal ilmiah. Artinya buku tidak hanya menyasar masyarakat ilmiah seperti di lingkungan kampus namun juga masyarakat awam secara umum. Maka, buku dapat menjadi sumber informasi dengan bahasa yang lebih ringan tanpa harus memahami istilah ilmiah yang tidak diketahui semua orang,” ujar Ridho saat dihubungi pada Selasa (12/9).
Ridho yang belum lama ini mendapatkan penghargaan dari Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS) atas bukunya yang terpilih sebagai Buku (Pustaka) Terbaik Tahun 2023 menyampaikan bahwa publikasi, termasuk buku merupakan ciri dari seorang ilmuwan. Ia menilai bahwa sangat penting bagi seorang ilmuwan dan juga dosen untuk melakukan publikasi sebagai bagian dari eksistensinya yang dapat dinilai oleh publik. “Jika seorang dosen tidak pernah menulis, akan dipertanyakan apa kebaharuan yang bisa ia tawarkan kepada masyarakat. Dengan bahasa yang lebih ringan, penulisan buku oleh dosen juga dapat menjadi tahap awal bagi masyarakat awam untuk mempelajari isu yang lebih serius,” imbuhnya.
Dalam Pekan Penghargaan Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam Tahun 2023 oleh PERPUSNAS, Ridho bukan satu-satunya dosen UMY yang mendapatkan penghargaan. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan AIK Faris Al-Fadhat, M.A., Ph.D. mendapatkan penghargaan yang sama di kategori yang berbeda.
Berbeda dengan Ridho yang menulis “Ambang Batas Pemilu: Pertarungan Partai Politik dan Pudarnya Ideologi di Indonesia” dan masuk dalam kategori topik Pemilihan Umum (PEMILU). Buku Faris masuk dalam kategori topik ASEAN dan berjudul “Ekonomi Politik Jepang di Asia Tenggara: Dominasi dan Kontestasi Aktor-Aktor Domestik”.
Faris pun menganggap bahwa menulis bukanlah pekerjaan yang mudah. Di tengah tuntutan dosen untuk melakukan publikasi artikel di jurnal ilmiah yang bereputasi, Faris menilai bahwa publikasi buku masih sangat penting untuk dilakukan dosen. “Selain karena jangkauan buku yang lebih luas, tradisi masyarakat untuk membaca buku saya rasa masih belum ditinggalkan. Bahkan di negara maju sudah digalakkan kembali rutinitas membaca buku, mengingat membaca merupakan model paling ideal untuk mendistribusikan ilmu pengetahuan kepada semua kalangan,” ungkapnya.

Dosen di bidang ilmu hubungan internasional ini juga mengatakan jika buku yang baik adalah yang memiliki added value atau nilai lebih yang ditawarkan kepada masyarakat. “Ibaratnya kita melakukan barter dengan pembaca yang sudah meluangkan waktu untuk membaca buku kita, maka apa yang bisa kita beri atas waktu tersebut,” imbuh Faris. Ia juga menilai bahwa iklim penelitian di UMY sudah sangat baik, dengan keinginan para dosen untuk meneliti dan mempublikasikan juga masih tinggi dan kualitas yang masih dapat ditingkatkan.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*