Tenaga pengajar Universitas Muhammadiyah Madiun (Ummad), Wariyatun, S.Sos, M.AAPD menjadi peserta konferensi internasional mengenai Indonesia 2023 atau Indonesia Council Open Conference 2023 (ICOC 2023) yang dilaksanakan Universitas Sidney Australia, Senin-Rabu, 25-27 September 2023.
Wariyatun menjadi peserta ICOC 2023 bersama dengan Associate Profesor Nurul Kodriati, PhD dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Mereka berdua masuk dalam panel konferensi Gender on Screen.
Materi konferensi yang disampaikan Wariyatun dan Nurul Kodriati adalah hasil pelatihan gender yang mereka lakukan di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang dilakukan pada Desember 2023. Pelatihan gender tersebut bernama Gender Transformative Training to Address Gender Equity in North Aceh atau Pelatihan Gender Transformatif untuk Mencapai Kesetaraan Gender di Aceh Utara.
“Hasil pelatihan gender itu saya diseminasikan bersama dengan Associated Prof. Nurul Kodriati di International Conference on Indonesia di Universitas Sydney,” kata Wariyatun, Selasa, 3 Oktober 2023. Selain Wariyatun dan Nurul Kodriati, konferensi internasional mengenai Indonesia 2023 (ICOC 2023) juga diikuti akademisi di sejumlah perguruan tinggi negeri di Indonesia serta PT luar negeri.
Gelaran ICOC 2023 diawali dengan lokakarta pascasarjana dan tur kuliner di Sidney barat. ICOC 2023 menampilkan 350 pembicara dalam 90 sesi serta belasan acara peluncuran buku. “Dari Indonesia ada dari UGM, UNAIR, UNIBRAW, terus dari BRIN juga ada. Kalau dari luar negeri ada dari University Sidney, University Canberra,” kata Wariyatun yang mengikuti konferensi ini secara online.
Wariyatun menerangkan, pelatihan gender transformatif ini bekerjasama dengan LBH Apik Aceh, Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan (RPuK), Dinas P2TP2A Pemkab Aceh Utara dan didukung pendanaan oleh Korean Institute for Gender Equality Promotion and Education atau KIGEPE Korea Selatan. KIGEPE merupakan Lembaga yang berada dalam kewenangan Kementerian Pemberdayaan Perempuan Korea Selatan yang menangani pelatihan dan pendidikan Gender bagi pengambil kebijakan, peneliti, serta praktisi juga aktivis.
Saat melakukan pemaparan, Wariyatun menyampaikan project overview atau ringkasan pelatihan berupa data mengenai terjadinya kekerasan berbasis gender (gender based violence) di Kabupaten Aceh Utara, NAD.
Di Aceh Utara, budaya dan agama menjadi pusat kehiduan bagi masyarakat disana. Sedang dalam hal peraturan mengenai penanganan GBV menggunakan hukum nasional dan lokal atau qanun (peraturan daerah). “Kekerasan berbasis gender di Aceh Utara itu beradai di peringkat pertama di NAD dengan kejadian kekerasan berbasis gender ada 116 pada tahun 2022 dan sejak Januari hingga September 2023 ada 65 kasus,” ungkap tenaga pengajar Prodi Kesejahteraan Sosial FISIP Ummad itu.
Wariyatun menerangkan, pelatihan gender transformative ini diikuti 15 peserta terdiri dari 10 pria dan 5 wanita. Para peserta ini berasal dari latar belakang sebagai aktifis, pemimpin kampung, staf P2TP2A, pengelola komunitas serta individu yang selamat dari kekerasan berbasis gender.
Pelatihan dilakukan dengan beberapa cara mulai dari bertukar pendapat, diskusi kelompok dan aktifitas luar ruang berupa ‘maramin’. Menurut Wariyatun, beberapa hal yang menjadi sorotan dalam pelatihan transformative gender ini adalah pria menjadi pembuat keputusan (57,17 persen), penghakiman terhadap korban pemerkosaan (52,38 persen).
Dalam pelatihan ini juga dapat dilihat laki-laki mendominasi pelatihan, aktivis perempuan merupakan kelompok dominan kedua dalam forum pelatihan. Sedang korban selamat menjadi kelompok yang tidak bersuara dalam pelatihan tersebut.
“Terjadi pembagian kerja berdasarkan gender, pelatihan-pelatihan telah berhasil mengubah atau menambah pengetahuan namun belum mengubah dinamika kekuasaan di masyarakat dimana akses terhadap informasi begitu mempengaruhi dinamika kekuasaan di Masyarakat,” terang Wariyatun. Wariyatun menambahkan, paradigma budaya dalam konteks Aceh saat ini merupakan hasil dari penafsiran budaya dan agama.
Be the first to comment