Suara genset yang dulu menjadi satu-satunya penanda kehidupan malam di Kampung Duwin, kini mulai tergantikan oleh cahaya lampu yang bersumber dari tenaga surya. Perubahan ini lahir dari tangan para dosen Universitas Muhammadiyah Papua Barat (UMPB) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui program Hibah Kosabangsa 2025 yang digagas Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Program bertajuk “Transformasi Energi Kampung melalui Teknologi Solar Panel untuk Meningkatkan Ekonomi dan Industri Kreatif Masyarakat Asli Papua” ini juga menjadi upaya sinergitas antar perguruan tinggi Muhammadiyah dalam menghadirkan solusi bagi wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
Energi Surya, Cahaya Baru untuk Kampung Duwin
Sejak pertengahan September hingga November 2025, Teguh Santoso, dosen UMPB, bersama tim pendamping dari UMM yang dipimpin oleh Machmud Effendy, melakukan serangkaian kegiatan pengabdian masyarakat di Distrik Warmare, Kabupaten Manokwari. Salah satu fokus utama mereka adalah menghadirkan listrik mandiri berbasis solar panel.
“Teknologi harus menjadi jalan perubahan, bukan sekadar alat,” ujar Teguh Santoso. “Dengan tenaga surya, masyarakat kini bisa berproduksi, berdagang, bahkan memperluas pasar tanpa tergantung pada jaringan listrik kota.”

Pemasangan solar panel tak hanya memberi penerangan rumah tangga, tetapi juga membuka ruang bagi tumbuhnya ekonomi kreatif. Warga kini bisa memproduksi berbagai kerajinan khas Papua—mulai dari tas noken, hiasan kepala, hingga souvenir tradisional—dengan dukungan energi terbarukan. Tim juga mengadakan pelatihan pembuatan kerajinan dan pengelolaan energi agar masyarakat mampu mengelola teknologi secara mandiri dan berkelanjutan.
Menyadari pentingnya pemasaran digital di era modern, tim UMPB dan UMM turut membekali masyarakat dengan kemampuan promosi daring. Pelatihan mencakup cara memasarkan produk lewat media sosial, hingga strategi branding agar produk lokal mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
Sebagai bentuk dukungan konkret, tim menyerahkan satu booth kontainer jualan lengkap dengan panel surya. Fasilitas ini memungkinkan pelaku usaha lokal berdagang di lokasi strategis dengan sumber listrik mandiri, sekaligus memperkuat ekosistem ekonomi kreatif berbasis energi hijau di Kampung Duwin.
Pompa Surya untuk Pertanian dan Bibit Unggul
Tak berhenti pada sektor kerajinan, program ini juga menyalakan semangat baru di lahan pertanian. Masyarakat yang sebelumnya harus berjalan jauh untuk mengambil air kini terbantu dengan mesin pompa air bertenaga surya. Air yang dulu menjadi tantangan kini menjadi harapan.

Para petani juga mendapatkan pendampingan dalam teknik budidaya jagung, cabai, dan sayuran, serta bantuan bibit unggul untuk meningkatkan hasil panen. Tim bahkan menyerahkan mesin penggiling jagung agar hasil pertanian memiliki daya simpan lebih lama dan nilai jual lebih tinggi. Pelatihan pemasaran digital turut diberikan, agar hasil bumi Papua bisa lebih dikenal di luar kampung.
Dalam penutupan kegiatan, Teguh Santoso menyampaikan apresiasi kepada DRTPM dan Kemendiktisaintek atas kepercayaan melalui Hibah Kosabangsa 2025. Ia juga mengapresiasi peran UMM sebagai mitra pendamping yang memastikan kegiatan berjalan efektif dan berdampak luas.
“Berkat dukungan ini, masyarakat Kampung Duwin kini memiliki akses energi, peluang usaha, dan semangat baru untuk mandiri,” tuturnya.
Pemerintah Distrik Warmare serta tokoh masyarakat setempat pun menyambut baik inisiatif ini. Mereka menilai program tersebut memberi perubahan nyata bagi kehidupan warga—dari rumah yang kini terang, lahan yang lebih produktif, hingga semangat ekonomi yang mulai tumbuh.
Melalui kolaborasi antara UMPB dan UMM, Muhammadiyah kembali menunjukkan perannya sebagai pelopor pemberdayaan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan dan kearifan lokal. Program ini diharapkan menjadi model pengabdian masyarakat yang dapat direplikasi di wilayah terpencil lainnya di Indonesia.
Be the first to comment