
Melihat hasil gemilangnya kemenangan Timnas U-17 Indonesia, terselip kontribusi dua alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di lapangan. Bukan sebagai pencetak gol, tapi sebagai penjaga vitalitas para pemain.
Adalah Enggar Puridyasmoro (alumni D3 dan S1 Fisioterapi UMS) dan Wildan (alumni 2014), yang dipercaya sebagai fisioterapis resmi Timnas U-17. Keduanya ikut menjadi bagian penting dari keberhasilan skuad Garuda Muda melaju ke Piala Dunia U-17 2026 yang akan digelar di Qatar, usai kemenangan krusial 4-1 atas Yaman.
“Kami bukan hanya hadir saat pemain cedera, tapi juga menjaga performa terbaik mereka sejak latihan hingga laga penting,” ujar Enggar saat diwawancarai pasca pertandingan, Kamis (8/4).
Wildan menambahkan bahwa keterlibatannya bersama Timnas menjadi momen bersejarah dalam kariernya. Ia menyebut hal ini sebagai wujud pengabdian terhadap kemajuan dunia olahraga Indonesia, bukan sekadar pencapaian pribadi.
Dari Kampus ke Panggung Dunia
Kiprah Enggar dan Wildan menjadi bukti bahwa lulusan Fisioterapi UMS mampu bersaing di level internasional. Tak heran jika Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UMS turut menyambut bangga pencapaian para alumninya.
“Ini menunjukkan bahwa lulusan kami siap kerja dan siap bersaing global. Mereka membawa nama baik kampus dan mengukuhkan peran fisioterapi dalam prestasi olahraga,” ujar Ketua Prodi Fisioterapi UMS.
Tidak hanya berperan dalam pemulihan cedera, fisioterapis kini menjadi bagian integral strategi tim. Dari menjaga kebugaran, mencegah cedera, hingga pemulihan pasca pertandingan. Bahkan, salah satu dosen pembimbing mereka menegaskan, fisioterapi bukan lagi sekadar profesi pendukung, melainkan komponen penting dalam manajemen tim olahraga profesional.
Dorongan Semangat Bagi Mahasiswa Fisioterapi
Keberhasilan dua alumni UMS ini menjadi motivasi baru bagi mahasiswa dan calon fisioterapis di seluruh Indonesia. UMS sendiri terus berkomitmen mencetak lulusan vokasi dan sarjana fisioterapi yang unggul, kurikulum adaptif yang siap menghadapi tantangan di dunia kerja, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Melalui kisah Enggar dan Wildan, publik kembali diingatkan bahwa kesuksesan tim tidak hanya ditentukan dari lini depan, tapi juga dari kekuatan tim pendukung di belakang layar. Termasuk mereka yang setiap hari berjibaku menjaga kondisi pemain tetap prima di tengah tekanan pertandingan.
Dengan lolosnya Timnas U-17 ke Piala Dunia, Indonesia tidak hanya membawa harapan baru dalam sepak bola. Tapi juga menegaskan bahwa lulusan kampus Muhammadiyah punya peran nyata di level dunia. []ic
Be the first to comment