Hala: “Saya Bahagia Tapi Saya Sedih”

Hala: “Saya Bahagia Tapi Saya Sedih”
Hala: “Saya Bahagia Tapi Saya Sedih”

Hala, mahasiswi asal Palestina di Universitas Aisyiyah (Unisa) Bandung mengungkapkan perasaannya ketika menjalani lebaran pertama di Indonesia. “Saya bahagia, tapi saya sedih,” ungkap Hala dilansir dari media kampus Unisa (8/4/2025). Hala berbahagia karena dapat merayakan lebaran tahun ini dengan damai di Indonesia. Namun kesedihan tetap terbendung karena melihat saudara-saudara di Gaza yang masih berada dalam okupasi Israel. “Mereka di bom setiap hari, setiap hari ada yang syahid,” tambah mahasiswi yang memiliki nama lengkap Hala Ibrahim Lubbad ini.

Merayakan lebaran di Indonesia dan Palestina memang memiliki beberapa perbedaan. Di Palestina tidak ada ada tradisi mudik. Banyak warga Palestina yang merantau, tapi tidak ada tradisi mudik saat lebaran. Di Palestina tidak ada tradisi pergi ke makam setelah shalat ied. “Dan di Palestina tidak ada ketupat,” ungkap Hala.

Perayaan lebaran tetap menjadi duka bagi umat muslim di seluruh dunia karena kebrutalan tentara Israel terhadap genosida Palestina semakin leluasa dilakukan. Bersamaan dengan dikumandangkannya takbir pertanda Idul Fitri 1 Syawal 1446 H, jumlah korban jiwa yang meninggal akibat agresi sejak 7 Oktober 2023 tersebut sudah mencapai 170.000 korban jiwa yang sebagian besar adalah anak-anak dan wanita.

Sejak serangan tersebut, Hala dan keluarganya setahun ini mengungsi ke Mesir. Ibu dan empat saudaranya tinggal di Rumah sakit di Mesir. Ibunya sedang dalam perawatan. Sementara saudara-saudaranya menemaninya. Ayahnya sejak perang terakhir ini, hilang kontak. “Hingga saat ini, saya tidak tahu keberadaan ayah saya karena koneksi internet yang buruk di sana,” tambah Hala.

Enam bulan ini, Hala mendapat beasiswa kuliah di Universitas Aisyiyah Bandung. Hala mengambil prodi Keperawatan. Alasannya, karena kakek dan pamannya seorang perawat. Mereka syahid saat menolong saudara-saudara kami saat terjadi perang. “Saya ingin meneruskan perjuangan mereka menolong sesama sebagai perawat,” terang Hala.

“Kami Penjaga Terakhir Aqsa”

Tentang perang sekarang ini yang terjadi di Palestina, Hala mengungkapkan, Israel menargetkan anak kecil, perempuan, dan orangtua sebagai target pengeboman mereka. Setiap hari ada saja anak yang syahid. Sekarang penduduk Palestina di Gaza sekitar 1,5 juta penduduk. “Bila kami semua keluar atau syahid saat ini, sudah tidak ada lagi Palestina dan tidak ada lagi Masjidil Aqsa,” terang Hala.

Hala menambahkan, dalam setiap diri warga Palestina keberadaan mereka di Palestina untuk menjaga Aqsa. Mereka akan menjaganya hingga syahid. Setiap warga Palestina yang berada di luar Palestina bercita-cita untuk kembali ke Palestina “Untuk menjaga Aqsa dan bila perlu syahid”.

Saat ini pintu keluar masuk Gaza ditutup Israel. Warga Palestina tidak bisa keluar atau masuk Gaza. Di Palestina saat ini tidak ada air dan listrik. Tidak sedikit warga Palestina yang syahid karena tidak minum berhari-hari. Bantuan dari luar tidak banyak bisa masuk ke Gaza.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*