
UMM Autism Summit 2024 digelar di Theater Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Acara diikuti sebanyak 600 peserta dari berbagai kalangan, seperti orang tua dari anak berkebutuhan khusus (ABK), guru sekolah inklusi, akademisi, praktisi, psikolog, dokter, dan terapis. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, yakni pada Kamis-Sabtu (3-5/10/2024).
Dr Siti Suminarti Fasikha M Si Psikolog, Dekan Fakultas Psikologi UMM yang sekaligus menjadi penanggung jawab acara ini dalam sambutannya menyampaikan tujuan dari penyelenggaraan UAS 2024. “Untuk menggugah kesadaran, memfasilitasi kolaborasi, mendorong aksi nyata, serta meningkatkan aksesibilitas layanan pendidikan dan dukungan bagi individu dengan autisme atau berkebutuhan khusus lainnya,” ungkapnya.
Ia menyatakan bahwa acara ini dihadiri dari banyak kalangan, seperti dokter, psikolog, terapis, akademisi, peneliti, dan pakar lain yang concern pada autisme dan individu berkebutuhan khusus.
Suminarti juga menjelaskan bahwa sudah tahun ketiga UMM mengadakan konferensi internasional. “Biasanya ada International Conference of Applied Psychology on Humanity (ICAP on Humanity, ICAP-H). Pada 2024 kita mengemas berbeda,” ujarnya.
UMM kini mengemas kegiatan tersebut dengan sebutan UMM Autism Summit untuk Indonesia. Rangkaian kegiatan selama tiga hari ini meliputi seminar internasional atau ICAP-H, talent show, talkshow, workshop tematik, expo therapy center, dan bazar.
Mengantarkan ABK Hebat
Wakil Rektor I Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Teknologi Digital Prof Akhsanul In’am Ph D menyapa para tamu undangan yang hadir dalam acara ini. Tamu undangan yang turut hadir yaitu Dinas Sosial Kota Malang, Dinas Pendidikan Kota Malang, dan Sekretaris Jenderal PB IDI Dr Ulul Albab Sp OG, hadir pula Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Dra Rukmini Amar M A P dan Wakil Ketua PWA Jawa Timur Dra Siti Asmah M Pd.
In’am menyadari pembahasan autisme sudah ada sejak dahulu kala. “Tapi bagaimana ke depan kita ikut terlibat dan mengantarkan mereka itulah sekarang kita libatkan beberapa pakar,” ujarnya.
Ia menyebut bahwa ilmuwan Isaac Newton, Albert Einstein dan Bill Gates yang terkenal dengan penemuannya juga termasuk autis. Tokoh-tokoh tersebut memiliki kehebatan dan kelebihan dalam diri mereka. Menurutnya, yang hebat juga autisme, tapi yang autisme belum tentu semua hebat. Ia mengajak peserta untuk berpikir upaya yang perlu dilakukan dalam mengawal ABK menjadi orang hebat.
“Saya yakin pasti bisa! Saya yakin tiga hari ini kita bisa membedah bagaimana kita mengantar mereka anak dengan berkebutuhan khusus bisa menjadi orang hebat!” tegasnya.
Perlunya Upaya Preventif
Wakil Rektor I ini menyarankan perlunya menyoroti upaya preventif. Dimulai dengan mencari menantu atau pasangan sesuai adat Jawa dengan melihat bibit, bebet dan bobot. “Jangan nikah dengan mereka yang ‘turun telu’. Turun telu itu menikah dengan sesama canggah. Anak, cucu, buyut, canggah,” terangnya.
Secara Islam memang tidak ada masalah. Namun, menurutnya, orang Jawa ketika membuat aturan itu berdasarkan pengamatan. Di samping itu, pengamatan tersebut sesuai hasil studi, ketika gen resesif bertemu gen resesif, maka kemungkinan anaknya ABK.
Ia berharap rangkaian acara ini dapat memberikan manfaat dan dapat memberikan sumbangsih.
Melibatkan IDI
Sekjend IDI Dr Ulul Albab Sp OG menyatakan bahwa ini merupakan kali pertama IDI dilibatkan dalam acara internasional terkait autism. “Autism bukan penyakit maka tidak bisa diobati. Prevalensinya meningkat. Pada tahun 2024 kejadiannya 1:59. Hampir sebagian besar penderita laki-laki, 1:50. Adapun penderita perempuan hanya 1:37,” urainya.
Ia menjelaskan bahwa banyak informasi yang keliru. Autisme yang dikaitkan karena adanya faktor lingkungan, genetik, dan proses vaksinasi mampu terbantahkan karena tidak ada kaitannya.
Para dokter dari IDI mengisi empat kelas di hari pertama UAS 2024 ini. Pihaknya mendukung acara ini dan mencoba untuk berbicara secara komprehensif sesuai tema. Mulai dari cara untuk memprediksi, upaya mencegah, menerapi, dan merehabilitas. Dilanjutkan dengan sesi diskusi terkait topik kemungkinan autis dapat diprediksi sejak dalam kandungan.
Ia berharap, tahun depan IDI dapat diikutkan kembali dalam ajang serupa agar bisa memberikan yang terbaik untuk anak Indonesia.
Be the first to comment