
Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar baru saja menggelar kuliah tamu di Ruang Rapat Senat Unismuh Makassar, Kamis (18/9). Hadir sebagai narasumber, Prof. Ahmad Muttaqin, M.A., Ph.D., selaku Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Di hadapan pimpinan universitas, dekan, dan dosen, ia mengurai dengan lugas peta jalan perguruan tinggi Muhammadiyah dalam menghadapi persaingan global.
Salah satu sorotan utama Prof. Ahmad Muttaqin adalah kondisi sumber daya manusia di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA). Termasuk jumlah guru besar yang masih rendah, yakni sekitar 400 dari total 20 ribu dosen Muhammadiyah. Angka yang masih 2 persen, di bawah rata-rata nasional yang mencapai 2,6 persen.
“Idealnya setiap program studi memiliki minimal satu guru besar. Artinya, kita masih punya PR besar untuk menyiapkan setidaknya 2.000 guru besar dari 2.300 prodi yang ada,” tegasnya.
Selain persoalan guru besar, ia juga mengingatkan tren penurunan partisipasi kasar (APK) mahasiswa di PTMA. Jika dua dekade lalu berada di kisaran 15 persen, kini angkanya jauh menurun. Menurutnya, salah satu penyebab adalah ketidakadilan regulasi antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS), termasuk dalam sistem rekrutmen mahasiswa baru.
“Kalau PTS terus diperlakukan sebagai anak tiri, sulit bagi kita untuk meningkatkan kualitas secara merata,” ujarnya.
Meski banyak tantangan yang dihadapi, Prof. Ahmad Muttaqin menekankan pentingnya optimisme. Salah satunya dengan mengoptimalkan jaringan global Muhammadiyah yang kini telah tersebar di 30 negara.
Ia mencontohkan keberadaan Muhammadiyah Australia College (MAC) dan Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) sebagai pintu masuk kolaborasi akademik internasional. “Kita harus menanamkan keyakinan bahwa kita bisa go global dengan memanfaatkan jaringan yang ada,” katanya.
Selain itu, peluang beasiswa internasional, termasuk ke Turki, menurutnya perlu digarap serius. Upaya internasionalisasi ini selaras dengan visi Islam Berkemajuan yang digariskan dalam Muktamar Muhammadiyah terakhir.
Di akhir paparannya, Prof. Ahmad Muttaqin menyampaikan kisah filosofi Afrika: Ubuntu – I am because we are. Baginya, spirit kolaborasi adalah kunci agar PTMA mampu bersaing di tingkat global.
“Jika ingin cepat, pergilah sendiri. Tapi jika ingin jauh, berjalanlah bersama. Kolaborasi adalah kunci daya saing global,” tuturnya.
Kuliah tamu di Unismuh Makassar itu menjadi pengingat sekaligus pemicu semangat. Bahwa PTMA bukan hanya bagian dari sistem pendidikan nasional, tetapi juga memiliki mandat historis untuk menjadi motor peradaban Islam berkemajuan di tingkat global.
Dengan tata kelola yang baik, peningkatan jumlah guru besar, kolaborasi riset, serta pemanfaatan jejaring internasional Muhammadiyah, jalan menuju daya saing global bukanlah mimpi. Seperti spirit Ubuntu yang digaungkan Prof. Ahmad Muttaqin, perjalanan itu memang panjang, tetapi hanya bisa ditempuh dengan kebersamaan.
Be the first to comment