
Tim dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) siap menghidupkan kembali kekayaan tradisi lokal Kota Sidoarjo yang masih menyimpan banyak potensi belum tergali dan mengangkatnya ke tingkat nasional, bahkan internasional. Lewat Hibah Basis Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (BIMA) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) skema Pemberdayaan Wilayah.
Mereka adalah Dr Vidya Mandarani MHum dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (Prodi PBI) bersama tim dosen yang terdiri dari Ali Akbar ST MT (Prodi Teknik Mesin), Detak Prapanca SE MM (Prodi Manajemen) serta, Raras Hafiidha Sari MHum (Universitas Hasyim Asyari Jombang).
Vidya menyampaikan wujud pengabdian bergerak pada bidang Sains Techno Park, yaitu mengeksplor kebudayaan di Sidoarjo guna meningkatkan sektor ekonomi lokal. Melalui hibah BIMA skema Pemberdayaan Wilayah ini, mereka akan fokus menggali dan melestarikan budaya Sidoarjo melalui lima proyek utama, yaitu:
Melestarikan Tembang Macapat
Jika tahun lalu Umsida berhasil mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) tembang macapat Kinanthi dan Asmaradana. Pada tahun kedua ini, mereka akan kembali mendaftarkan HKI tembang macapat Pocung, Mijil, dan Gambuh sekaligus mengajukan sebagai warisan budaya tak benda. Serta melatih 1500 hingga 1700 siswa SMP dan SMK 10 Nopember Sidoarjo untuk nembang Macapat Gagrak Sidoarjo.
“Tahun lalu kami berhasil menggandeng 1.000 warga Sidoarjo untuk nembang macapat bersama-sama, maka tahun ini kami menargetkan sebanyak 1500 hingga 1700 peserta dari SMP dan SMK 10 Nopember Sidoarjo yang dalam proses latihan,” ujar Vidya.
Keputusan untuk memilih hanya satu sekolah, yakni 10 Nopember, bukanlah tanpa alasan. Vidya memiliki visi yang jelas di balik konsep ini, di mana ia ingin menjadikan 10 Nopember sebagai model percontohan bagi sekolah-sekolah lain dalam upaya melestarikan warisan budaya lokal, khususnya Macapat Gagrak Sidoarjo. Baginya, fokus pada satu sekolah memungkinkan pendekatan yang lebih mendalam dan intensif, terutama dalam menanamkan kecintaan terhadap Macapat pada generasi muda.
Menggelar Festival Budaya
Pengabdian masyarakat yang dilakukan Vidya bersama timnya bukan hanya sekadar memperkenalkan dan melatih tembang macapat Sidoarjo-an saja, tetapi seluruh kekayaan budaya lainnya yang belum tergali.
Vidya mengumumkan bahwa bulan September mendatang akan diadakan Festival Seni Munali Patah di Desa Banjarkemantren. Lalu pada bulan Oktober akan digelar Festival Bandeng Asap. “Ini adalah perayaan budaya sekaligus upaya untuk mengangkat perekonomian warga Sidoarjo lewat kegiatan budaya,” ungkapnya.
Workshop Membatik
Semangat melestarikan budaya Sidoarjo tak berhenti pada tembang macapat. Vidya dan tim akan menyelenggarakan workshop melukis dan membuat batik Sidoarjo pada bulan Agustus untuk meningkatkan kompetensi pengrajin lokal.
“Akan ada rentetan kegiatan yang kami gelar, terutama memastikan bahwa pengrajin yang ada di Sidoarjo memperoleh pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dalam membatik dan meningkatkan branding Sidoarjo,” ucapnya.
Promosikan Wayang Gagrak Porongan
Mempromosikan wayang khas Sidoarjo agar diakui sebagai warisan budaya tak benda dan dikenal luas di tingkat nasional hingga internasional. Vidya mengungkapkan bahwa Sidoarjo memiliki wayang sendiri yang tidak banyak orang tahu. Oleh karenanya, lewat hibah BIMA ini Vidya bersama tim berusaha mengenalkan wayang lokal asli Sidoarjo ke kancah internasional.
“Wayang Gagrak Porongan merupakan kearifan lokal Sidoarjo. Sayangnya, banyak masyarakat belum tahu tentang hal ini. Jadi, kami sedang membantu untuk melestarikannya agar bisa diakui menjadi warisan budaya tak benda,” tegas Vidya.
Selain Wayang Gagrak Porongan, menurutnya masih banyak kearifan lokal Sidoarjo yang belum dipatenkan seperti Udeng Pacul Gowang, Prasasti Kamalagyan, dan masih banyak lagi. “Bahkan cerita asli dari warisan tersebut seperti apa mereka tidak tahu. Di sinilah peran kami sebagai akademisi membantu memunculkan kembali potensi tersebut. Misalnya pada tahun lalu, kami telah mengajukan Reog Cemandi dan sudah resmi diakui sebagai warisan tak benda Sidoarjo,” paparnya.
Membangun Museum Budaya
Visi jangka panjang untuk mengumpulkan dan memamerkan budaya Sidoarjo, serta menyediakan ruang edukasi dan pertunjukan budaya bagi masyarakat. Melihat budaya Sidoarjo yang belum tertata dengan rapi, Vidya beserta tim tengah bersiap dengan visi besarnya membangun sebuah museum budaya Sidoarjo. Proyek yang akan dijalankan jika dinyatakan lolos kembali dalam hibah BIMA tahun ketiga.
“Melihat banyak anak kecil pergi ke tempat-tempat modern untuk mengikuti cooking class, kehadiran museum itu bisa menjadi tempat mereka untuk lebih mengenal kearifan lokal, misalnya dengan menonton pertunjukan budaya,” harap Vidya.
Jika program tersebut berjalan, lanjut Vidya, maka sektor perekonomiannya juga bisa ditingkatkan lagi, terutama bagi para pengrajin, seniman, budayawan, atau pengusaha kecil yang ada di Sidoarjo.
“Kami juga berencana mengumpulkan data budaya lisan tersebut menjadi suatu karya tertulis berupa buku yang memiliki nilai jual,” tandasnya.
Sinergi dan Kolaborasi
Program ini melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung pelestarian budaya lisan menjadi karya tertulis, meningkatkan perekonomian lokal, dan menumbuhkan apresiasi generasi muda terhadap kekayaan budaya Sidoarjo. Vidya dan tim akan berkolaborasi dengan beberapa pihak diantaranya Dewan Kesenian Sidoarjo dan Dinas Pendidikan Sidoarjo.
“Dispendikbud Sidoarjo juga mendukung kegiatan kami. Misalnya pada Festival Munali Patah, mereka bisa menghadirkan pihak pejabat terkait untuk turut serta dalam kegiatan tersebut,” tuturnya.
Selain berkolaborasi dengan pemerintah, mereka juga menggandeng berbagai paguyuban, pengrajin, seniman, dan budayawan Sidoarjo. Vidya mengungkapkan kekhawatiran akan kekayaan budaya Sidoarjo masih terfragmentasi secara lisan dan belum terdokumentasi secara tertulis.
Lewat berbagai program pengabdian masyarakat tersebut, Vidya dan tim berharap tidak hanya bermanfaat bagi akademisi dan pegiat seni, tetapi juga menginspirasi generasi muda Sidoarjo untuk menghargai dan melestarikan kekayaan kearifan lokal mereka. []Ron
Be the first to comment