
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menyelenggarakan kegiatan Heritage Walking Trip 2, yang menjadi bagian dari praktik lapangan mata kuliah Studi Kemuhammadiyahan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali lebih dalam sejarah berdirinya Muhammadiyah, yang berakar di Kampung Kauman, Yogyakarta. Kunjungan pada Senin (20/01/2025) ini diikuti oleh para mahasiswa PAI angkatan 2024, yang didampingi oleh dosen pengampu, Naufal Ahmad Rijalul Alam dan Adil Cahyadi sebagai pendamping mahasiswa.
Menurut Naufal, kegiatan ini sudah menjadi bagian dari program rutin mata kuliah Studi Kemuhammadiyahan dengan tujuan mengenalkan mahasiswa pada sejarah berdirinya Muhammadiyah yang dimulai dari Kampung Kauman. “Kami ingin mahasiswa memahami lebih dekat tentang bagaimana K.H. Ahmad Dahlan merintis Muhammadiyah di sini, di kampung yang juga merupakan warisan budaya penting bagi bangsa ini,” jelas Naufal.
Kegiatan ini diselenggarakan bekerja sama dengan Muhammadiyah Heritage Trip (MHT), yang diwakili oleh Pak Hanung dan Pak Anwar sebagai pemandu selama perjalanan sejarah tersebut. Selama napak tilas, para pemandu memberikan penjelasan mendalam tentang sejarah awal berdirinya Muhammadiyah, serta mengenalkan para tokoh-tokoh penting yang pernah tinggal di Kampung Kauman. Mereka juga memaparkan tentang berbagai bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh di kampung tersebut.
Beberapa lokasi yang dikunjungi oleh mahasiswa antara lain Makam Nyai Siti Walidah, yang terletak berseberangan dengan SD Muhammadiyah Kauman, Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal, Langgar Kidul KH. Ahmad Dahlan, Musholla ‘Aisyiyah Khusus Wanita, makam Nyai Walidah, rumah Ki Bagus Hadikusumo, dan Masjid Gede Kauman. Tempat-tempat ini memiliki nilai historis yang mendalam, sebagai saksi bisu perjalanan panjang Muhammadiyah di Indonesia.
Salah satu mahasiswa PAI, Pandu Aji, mengungkapkan bahwa mata kuliah Studi Kemuhammadiyahan memberikan pemahaman teori mengenai sejarah Muhammadiyah. Namun, melalui kegiatan ini, mereka bisa melihat langsung peninggalan-peninggalan sejarah yang hingga saat ini masih memberikan manfaat bagi masyarakat Kampung Kauman. “Kami mendapat pemahaman yang lebih hidup dan nyata, bukan hanya dari buku, tetapi juga dari apa yang kami lihat dan rasakan di lapangan,” ujarnya.
Sebagian besar mahasiswa PAI yang mengikuti trip ini berasal dari luar Yogyakarta, dan mereka merasa sangat antusias dengan pengalaman ini. Maulida Azzahra, mahasiswi asal Sumatera Utara, mengungkapkan kesan mendalamnya. “Kampung Kauman benar-benar menyimpan sejarah yang luar biasa. Selain sebagai tempat lahirnya Muhammadiyah, kampung ini juga menjadi pertemuan antara Islam dan budaya Jawa, yang sangat dekat dengan Keraton Yogyakarta,” katanya.
Rombongan yang terdiri dari 50 mahasiswa ini melakukan perjalanan selama kurang lebih dua jam. Meskipun waktu yang mereka habiskan tidak lama, namun keindahan dan kekayaan sejarah Kampung Kauman meninggalkan kesan mendalam di wajah para peserta. Fazlur Muhammad Pradipta, ketua rombongan, menambahkan bahwa ia merasa takjub melihat betapa terjaganya keaslian Kampung Kauman, yang sesuai dengan apa yang dipelajari dalam buku-buku Muhammadiyah.
“Kami sangat terkesan dengan bagaimana kampung ini tetap mempertahankan nilai-nilai sejarahnya. Sebagai kader Muhammadiyah, kami berharap bisa melanjutkan perjuangan yang telah dirintis oleh KH. Ahmad Dahlan,” ungkap Fazlur. Kegiatan ini tidak hanya memberikan wawasan akademis, tetapi juga mempererat ikatan batin mahasiswa dengan sejarah perjuangan Muhammadiyah yang masih relevan hingga saat ini.
Be the first to comment