Mahasiswa UMY Sabet Tiga Penghargaan di Ajang Internasional GYIS 2025

Mahasiswa UMY Sabet Tiga Penghargaan di Ajang Internasional GYIS 2025
Mahasiswa UMY Sabet Tiga Penghargaan di Ajang Internasional GYIS 2025

Prestasi membanggakan kembali diraih mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di kancah internasional. Dimas Krisna Wijaya Kusuma, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa, berhasil menyabet tiga penghargaan sekaligus dalam ajang Global Youth Innovation Summit (GYIS) 2025 yang digelar di Singapura dan Malaysia pada 20–24 Juli 2025.

Dalam forum kepemudaan bergengsi yang diikuti delegasi dari berbagai negara ini, Dimas meraih predikat 2nd Place Winner of Most Contributive Delegate untuk kategori individu, serta 1st Place Winner of SDGs Project Video dan 1st Place Winner of SDGs Project Innovation Presentation bersama timnya.

GYIS 2025 merupakan ajang pengembangan kepemimpinan dan inovasi pemuda global yang menantang peserta untuk merumuskan solusi atas isu-isu dunia melalui bingkai Sustainable Development Goals (SDGs). Selain kompetisi, peserta juga melakukan kunjungan akademik ke kampus ternama seperti National University of Singapore (NUS), University of Malaya, dan International Islamic University Malaysia (IIUM).

Dimas menemukan informasi GYIS melalui media sosial dan mendaftar secara mandiri. Ia melewati serangkaian seleksi, mulai dari asesmen berkas, tes pemahaman isu SDGs, hingga Focus Group Discussion (FGD) daring yang menguji ketajaman berpikir, komunikasi, dan kepemimpinan.

Meski hanya memperoleh pendanaan parsial, Dimas memutuskan tetap berangkat dengan membiayai tiket dan logistik secara mandiri. Persiapannya terbilang singkat, hanya sekitar satu minggu untuk menyusun materi proyek, membuat video kampanye berdurasi dua menit, menyiapkan 20 slide konten kampanye media sosial, berlatih presentasi, dan mempersiapkan agenda akademik

“Capek karena tantangannya justru sebelum berangkat. Saya harus membagi waktu di tengah padatnya kegiatan kampus, tapi juga menyiapkan semua yang dibutuhkan,” ujarnya kepada Humas UMY, Jumat (8/8).

Proyek Pendidikan untuk Anak Usia Dini di Komunitas Marjinal

Bersama timnya, Dimas mengusung proyek bertema pendidikan anak usia dini untuk komunitas marjinal. Tujuannya memperluas akses dan meningkatkan kualitas pendidikan prasekolah di wilayah terpencil melalui edukasi berbasis komunitas yang menyenangkan, inklusif, dan kontekstual.

“Kami membentuk komunitas untuk mengedukasi anak-anak yang masih dalam tahap early childhood, terutama yang rentan sebelum masuk SD,” jelasnya. Proyek ini disajikan dalam bentuk video kampanye, presentasi inovatif, dan rencana implementasi yang dinilai panel juri internasional.

Selama empat hari program, Dimas belajar banyak tentang kepemimpinan, kerja sama lintas budaya, empati, dan kesadaran sosial. “Dulu kalau lihat teman kesulitan, saya berpikir biar orang lain saja yang bantu. Tapi di sini, meski mereka capek, mereka tetap membantu. Itu mengajarkan saya untuk jadi lebih peduli,” tuturnya.

Ke depan, Dimas berencana mengimplementasikan proyeknya di Indonesia dan mendorong mahasiswa lain untuk berani mengikuti program internasional. “Masih banyak yang membutuhkan perhatian kita, termasuk dari mahasiswa. Semoga lebih banyak yang ikut agar dampaknya makin luas,” pungkasnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*