
Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah kembali menggelar kegiatan rutin yakni Pengajian Kamisan. Dalam Pengajian Kamisan ke-10 kali ini mengusung tema “Tanggung Jawab Sosial PTMA Berbasis Islam Berkemajuan”. Pengajian berlangsung pada Kamis, (25/7/2024) secara daring lewat Zoom Meeting dan bisa disimak kembali di kanal YouTube Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Pengajian Kamisan diikuti oleh pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia. Hadir selaku narasumber yakni Prof Dr Abdul Munir Mulkan, SU selaku Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Keberagaman atau kemajemukan suatu bangsa adalah suatu keniscayaan yang ada di kehidupan bermasyarakat. Hal ini tentu perlu dijaga agar terciptanya persatuan dan kesatuan. Di dalam al-Qur’an telah banyak menjelaskan keberagaman dan karakteristik manusia dalam hidup bermasyarakat.
Dalam penyampaian awal, Munir menyampaikan bahwa hidup bermasyarakat senantiasa akan menemukan keberagaman, atau yang biasa disebut dengan pluralitas. Hal tersebut harus sesuai dengan pembacaan gerakan dari Muhammadiyah yang lebih fungsional dan adaptif.
“Pluralitas akan abadi sampai hari kiamat, karena itu perumusan tujuan dakwah dan pendidikan perlu dimaknai secara lebih fungsional dan adaptif. Dengan demikian, amal usaha pendidikan Muhammadiyah menjangkau semua peserta didik dari beragam suku, bangsa, ras dan agama,” ujar Munir.
Kemudian, Munir juga mengatakan bahwa dokumen Risalah Islam Berkemajuan (RIB) telah menjelaskan mengenai rumusan yang menguatkan kembali pikiran dan gerakan Muhammadiyah sejak periode awal. “RIB merupakan reaktualisasi pemahaman fungsional Islam sejak Kiai Ahmad Dahlan. Risalah tersebut secara substantif menjelaskan visi kemanusiaan gerakan di tengah pergaulan dunia yang semakin dinamis dan kompetitif.”
Saat periode awal Muhammadiyah, kata Munir, ujung tombak sebagai penggerak utama dalam berdakwah adalah para mubaligh dalam hal ini Majelis Tabligh. Namun saat ini, tidak hanya para mubaligh saja, akan tetapi para akademisi pun bisa untuk terjun berdakwah di ranah sosial masyarakat. PTMA memiliki juga tanggung jawab untuk membantu kehidupan masyarakat.
PTMA merupakan kepanjangan dakwah Muhammadiyah yang sejak tahun 2000-an menjadi penggerak utama persyarikatan. Kini, Muhammadiyah memiliki SDM dan SDF berlimpah, sehingga berpeluang untuk mulai menggagas dalam membangun masyarakat ideal.
Sebagaimana sesuai dengan maksud dan tujuan dari persyarikatan Muhammadiyah. “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
Munir menjelaskan bahwa PTMA harus menjadi penggerak serta mengembangkan Kampung Madani (qaryah thoyyibah) sebagai kampung binaan PTMA. Dimana dosen, tendik, dan mahasiswa harus ikut terjun kepada kelompok warga (jama’ah) dalam satuan RT atau RW untuk bekerjasama memecahkan problem yang dihadapi semua warga lintas agama.
“Memecahkan persoalan kesehatan, pemenuhan hajat hidup harian, penataan kampung, hingga kebutuhan konsumsi harian. Sehingga tidak ada lagi permasalah stunting, gagal sekolah, dan gagal bekerja,” tambah Munir.
Hal ini senada dengan Kepribadian Muhammadiyah dan penjelasan Muqaddimah Anggaran Dasar bahwa maksud dan tujuan Muhammadiyah akan terwujud ketika kehidupan umat warga bangsa semakin sejahtera, luas dan merata. PTMA menjadi kunci utama dalam menjalankan tugas dakwah Muhammadiyah. []ic
Be the first to comment