Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah kembali menggelar kegiatan rutin yakni Pengajian Kamisan. Dalam Pengajian Kamisan ke-9 kali ini mengusung tema “Studi Agama Terapan (Applied Religious Studies)”. Pengajian berlangsung pada Kamis, (27/6/2024) secara daring lewat Zoom Meeting dan bisa disimak kembali di kanal YouTube Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.
Pengajian Kamisan diikuti oleh pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia. Hadir selaku narasumber yakni Prof H Ahmad Muttaqin, Sag MAg PhD, selaku Sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.
Dalam penyampaian awal, Muttaqin menjelaskan mengenai beberapa ketegangan pendidikan pada abad ke-21. Ketegangan ini berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Diawali dengan ketegangan antara lokal melawan global, universal melawan individual, tradisi melawan modrenan, pertumbuhan jangka panjang melawan jangka pendek. Kemudian ada ketegangan kompetisi melawan kesamaan kesempatan, perluasan pengetahuan melawan kemampuan mencerna, hingga spiritual melawan material.
Mengutip pendapat Yuval Noah Harari, kata Muttaqin bahwa di masa disrupsi saat ini perkembangan ilmu pengetahuan teknologi saat ini yang berjalan serba cepat, hal ini akan menjadi boomerang jika tidak dimanfaatkan dengan bijak. Maka akan mengakibatkan kemanusiaan seseorang akan dikontrol oleh Artificial Intelligence dan Biometric Data. “Ilmu pengetahuan saat ini berkembang dengan pesat, kita patut waspada bahwa kemanuisiaan kita seringkali tidak berdaya dalam menghadapi gempuran-gempuran teknologi. Contohnya media sosial, yang dimana hal ini jika tidak digunakan dengan bijak, akan ada banyak hal yang terlalaikan, soal waktu misalnya,” papar Muttaqin.
Muttaqin melanjutkan, bahwa Harari juga menjelaskan ada beberapa fokus pembelajaran yang penting dilakukan pada saat ini untuk menghadapi masa depan. Yaitu pendidikan kecerdasan emosi, pendidikan keseimbangan serta ketahanan mental, dan mengajarkan kesadaran mengenai pentingnya mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan termasuk dalam hal ini Studi Agama-agama, kata Muttaqin terpecah menjadi dua mazhab. Yaitu mazhab Science for Science, dan mazhab Science for Spiritual and Humanity. “Dalam konteks studi agama-agama, jika dikaitkan dengan science for science maka tugasnya hanya bekerja untuk ilmu. Dalam hal ini mengungkapkan fakta dan data tanpa harus sibuk memikirkan dampak dan manfaat,” ujar Muttaqin. “Namun, beberapa ilmuwan mengatakan studi agama-agama seharusnya dikaitkan dengan Science for Spiritual and Humanity. Harus digunakan untuk menciptakan kerukunan serta kedamaian. Harus dilakukan untuk penguatan ketahanan dan pembangunan nasional, serta harus diorientasikan untuk kesejahteraan bersama dan memperkokoh keimanan,” tegas Muttaqin.
Pendekatan dalam Studi Agama Terapan
Muttaqin menjelaskan, ada empat tipe Studi Agama Terapan menurut Clemens Cavalin:
- Tipe Modern: Untuk mereduksi peran agama di masyarakat demi mempromosikan kehidupan sekuler.
- Tipe Postmodernisme: Sebagai kekuatan emansipatoris memberdayakan kelompok minoritas (ras, keagamaan, maupun jenis kelamin).
- Monetary Utilitarian: Untuk kesejahteraan, seperti memajukan pertumbuhan ekonomi atau untuk mengatasi ancaman agama terhadap stabilitas ekonomi, misalnya terorisme.
- Natural Law and Human Rights based Approaches Religious Studies: Untuk pengembangan masyarakat melalui implementasi hak asasi manusia dari perspektif Studi Agama-Agama
Secara praktek, penerapan Studi Agama Terapan telah dilakukan secara masif di universitas berbagai negara. Seperti di Jepang, Amerika Serikat, Filipina, dan Malaysia dengan tipe, target dan orientasi yang bermacam-macam. Di Indonesia sendiri, Muttaqin menjelaskan ada beberapa gagasan yang bisa dilakukan di Indonesia melalui Studi Agama Terapan.
Gagasan Studi Agama Terapan di Indonesia:
- Manajemen Keragaman dan Bina Damai Antar Umat Beragama (Diversity Management and Peacebuilding)
- Agama dan Kesehatan
- Agama dan Bisnis
- Jurnalisme Damai Keagamaan dan Keadaban Digital
- Manajemen Organisasi Nirlaba Keagamaan
- Wisata Religi atau Pilgrimage & Religious Tourism
- Religiometri dan Religious Data Science
- Agama, Konservasi Lingkungan, dan Keragaman Hayati
Kata Muttaqin, gagasan-gagasan tersebut bisa diimplementasikan untuk pendidikan di Indonesia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui pendekatan Studi Agama Terapan. Gagasan tersebut bisa dipilih untuk menjadi fokus konsentrasi. Setelah ditentukan fokus konsentrasi atau minat kajian, langkah selanjutnya dibuatkan Mata Kuliah Pendukung Konsentrasi sebagai penunjang konsentrasi minat kajian yang telah dipilih.
Dalam kesempatan yang sama, Muttaqin juga menjelaskan mengenai argumen mengenai pentingnya Studi Agama Terapan diterapkan di Indonesia. Diantaranya:
- Dapat mengisi etis yang fungsional dalam kehidupan manusia
- Merupakan aplikasi dari Studi Agama-agama yang integratif dan interkonektif dengan berbagai keilmuan baik sosial, humaniora maupun sains pada dataran praksis sesuai dengan konteks konsentrasi pengembangannya.
- Merupakan bentuk tanggung jawab prasarana Studi Agama-Agama untuk menghadirkan perspektif etik agama-agama dalam berbagai keilmuan yang tidak hanya pada dataran wacana maupun juga praksis aksiologis.
- Menghadirkan cara beragama yang dewasa, menggembirakan, mencerahkan, dan rahmatan-lil-alamin.
- Dapat dijadikan branding dalam memasarkan Studi-Agama-Agama yang masih sering disalahpahami sebagai ilmu ngawang-ngawang. Sebenarnya Studi Agama Terapan dapat memberikan bekal keahlian spesifik para mahasiswa dalam memecahkan masalah yang kompleks melalui kemampuan berpikir dan analisis kritis terhadap suatu masalah melalui pendekatan agama sebagai kekuatan problem solver. []ic
Be the first to comment