PLUTO, Inovasi Pengendali Hama Mahasiswa Umsida yang Sabet Juara 2 LKTTG 2025

inovasi alat pengendali hama padi 4

Kreativitas mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) kembali menorehkan prestasi. Melalui inovasi alat pengendali hama berbasis energi surya bernama “Pest Light Ultrasonic Trap Optimization (PLUTO)”, Tim Made berhasil meraih Juara 2 Lomba Karya Teknologi Tepat Guna (LKTTG) Kabupaten Sidoarjo 2025.

Tim ini digawangi oleh tiga mahasiswa Program Studi Teknik Mesin — Nasiruddin Alburhan selaku ketua tim, bersama Nur Alamsyah dan Alfito Argi Pambudi — dengan bimbingan akademik dari Prantasi Harmi Tjahjanti.

Prestasi ini menegaskan kontribusi konkret mahasiswa Umsida dalam menjawab persoalan klasik pertanian di Jawa Timur, khususnya serangan hama penggerek batang padi dan tikus sawah yang kerap menjadi momok petani setiap musim tanam.

PLUTO dirancang sebagai solusi alternatif pengendalian hama tanpa ketergantungan pada pestisida kimia. Alat ini memadukan feromon seks, LED light trap berwarna biru, rotary trap mekanis, serta gelombang ultrasonik dalam satu perangkat yang seluruhnya ditopang panel surya sebagai sumber energi utama.

Nasiruddin menjelaskan, ide ini lahir dari keprihatinan mereka melihat tingginya kerusakan panen di berbagai wilayah. “Kami ingin menghadirkan teknologi tepat guna yang efektif, berkelanjutan, dan bisa diterapkan langsung oleh petani,” ujarnya.

Juri menilai PLUTO unggul berkat perpaduan antara efisiensi teknis dan keberlanjutan ekologis. Selain hemat energi, alat ini juga memanfaatkan material PETG hasil 3D printing, yang ringan, mudah diproduksi, dan lebih ramah lingkungan.

Inovasi ini tidak lahir begitu saja. Proses pengembangannya melewati tahapan riset yang panjang—mulai dari studi literatur, perancangan 3D, perakitan elektronik, hingga uji coba skala mikro untuk mengukur daya tangkap serangga dan efektivitas gelombang ultrasonik.

Tim Made memperoleh dukungan penuh dari dosen pembimbing dan laboratorium Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Umsida. Kombinasi riset ilmiah dan fasilitas yang memadai membuat PLUTO tidak hanya berhenti sebagai konsep, tetapi telah diuji kelayakannya.

“Dukungan fakultas dan kampus membuat kami dapat mempersiapkan kompetisi dengan matang,” kata Nasiruddin.

Secara praktis, PLUTO diperkirakan mampu mengurangi penggunaan pestisida hingga 30–40% dan menekan kerusakan padi akibat hama. Target utama pengguna adalah petani padi, gapoktan, dan penyuluh pertanian.

Pasca kompetisi, tim sudah menyiapkan sejumlah rencana pengembangan, meliputi:

  • Integrasi IoT untuk memantau jumlah tangkapan hama secara real-time
  • Pengembangan desain yang lebih ringan dan ekonomis
  • Produksi versi komersial untuk skala massal
  • Uji lapangan berskala luas bersama dinas pertanian

Bagi Nasiruddin, kemenangan ini bukan titik akhir. Ia menyebut PLUTO sebagai “awal dari perjalanan panjang” menuju teknologi pertanian yang benar-benar digunakan di lapangan.

“Kami ingin PLUTO hadir di sawah-sawah petani, bukan hanya berhenti sebagai karya kompetisi,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa tantangan sektor pertanian semakin kompleks sehingga generasi muda perlu turut terjun, melakukan riset, dan menawarkan solusi nyata. “Itu tugas kita sebagai inovator muda,” tutupnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*