Sejarah Berdirinya PTMA: Bukti Kiprah Muhammadiyah untuk Negeri

Sejarah Berdirinya PTMA: Bukti Kiprah Muhammadiyah untuk Negeri
Sejarah Berdirinya PTMA: Bukti Kiprah Muhammadiyah untuk Negeri

Berdirinya perguruan tinggi Muhammadiyah sudah direncanakan oleh KH M Hisyam sejak tahun 1916. Meskipun gagasan tersebut sempat redup, namun kembali dibahas pada Kongres Muhammadiyah yang diadakan di Jakarta pada tahun 1936. Setelah melalui proses yang panjang, perguruan tinggi Muhammadiyah pertama berhasil didirikan di Padang Panjang pada tahun 1955. Begitu papar Moh. Mudzakkir, Ph.D selaku Wakil Sekretaris Majelis Diktilitbang PPM dan juga dosen Program Studi Sosiologi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dalam Seminar International Nusantara Malay Archipelago, bertempat di Universiti Sains Malaysia, Sabtu (11/11/2023).

Dalam paparannya yang bertemakan “Development of Muhammadiyah Higher Education: A Growing Nusantara Institutional Phenomena”, ia menjelaskan bagaimana sejarah pendirian Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) yang saat ini sudah berjumlah 172 PTMA. “Dahulu gagasan pendirian perguruan tinggi tidak serta merta bisa dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya keterlibatan pemerintah kolonial dan permasalahan struktural dari pemerintah Belanda,” paparnya. Ia melanjutkan, pada zaman dulu pendidikan hanya didapatkan oleh kalangan elit semata namun Muhammadiyah menawarkan pendidikan yang dapat diperoleh oleh seluruh kalangan.

Assoc. Prof. Dr. Mohammad Reevany Bustami bersama Moh. Mudzakkir, Ph.D

Seiring perkembangan waktu, Muhammadiyah terus menggencarkan dakwahnya dalam berbagai sektor salah satunya sektor pendidikan. Saat ini jumlah perguruan tinggi mencapai 172 PTMA yang tersebar di seluruh Indonesia hingga ke pelosok negeri serta 1 PTMA di Malaysia. “Muhammadiyah juga mendirikan Universitas Siber Muhammadiyah yang menjadi terobosan baru dengan pembelajaran jarak jauh,” paparnya. Hal ini menjadi bukti bagaimana langkah Muhammadiyah yang terus berupaya mengikhtiarkan pendidikan berkualitas, bermutu, modern, dan berkemajuan.

Turut hadir Assoc. Prof. Dr. Mohammad Reevany Bustami selaku Kepala Penelitian Nusantara Malay Archipelago di CPR USM sebagai moderator, serta beberapa delegasi diantaranya Rektor Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM), Prof. Ir. Dr. Waluyo Adi Siswanto, delegasi UMAM yakni Dr. Wachid Ridwan dan Dr. Mutiara Dwi Sari, Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Mr. Dimas, beberapa anggota Muhammadiyah ‘Aisyiyah di Penang, LSM Pertubuhan Masyarakat Indonesia (PERMAI) Penang, dan delegasi dari Universitas Semarang (USM).

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*