Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menambah dua guru besar. Mereka adalah Prof Dr Abdul Madjid, MAg dan Prof Dr Azam Syukur Rahmatullah, MSI MA MPsi. Hasil penelitian mereka dipaparkan dalam agenda Rapat Senat Terbuka dan Orasi Ilmiah Guru Besar UMY, Sabtu (25/05/2024). Hal ini sebagai tahap akhir dalam pengukuhan guru besar yang merupakan jabatan akademik tertinggi.
Penelitian dua guru besar tersebut membahas mengenai fenomena perubahan kondisi psikologis pelajar dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Keduanya menjelaskan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perkembangan inovasi dalam teknologi menghasilkan banyak peluang sekaligus tantangan bagi dunia pendidikan baik dari sudut pandang pendidik maupun pelajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa perkembangan inovasi dalam teknologi menghasilkan banyak peluang. Namun terdapat pula tantangan bagi dunia pendidikan baik dari sudut pandang pendidik maupun pelajar. “Era digital telah banyak mengubah dinamika dalam berkomunikasi dan berkolaborasi. Baik itu antara para pelajar maupun pendidik. Selain dapat memperkaya pengalaman dan memperluas wawasan, volume informasi yang terlampau besar dapat mengganggu dan menyebabkan kelebihan informasi. Tantangan ini penting untuk di navigasi dengan mengembangkan keterampilan pengendalian dan pengaturan diri serta membiasakan untuk berpikir kritis,” ujar Abdul Madjid.
Menurutnya, kemampuan untuk menyaring dan memilah informasi adalah hal yang fundamental dalam proses pembelajaran yang efektif. Lebih jauh, hal ini juga dapat menjaga keseimbangan psikologis yang sehat mengingat kondisi para pelajar. Dimana para pelajar rawan mengalami perubahan karena perkembangan teknologi yang sangat cepat.
Abdul Madjid juga menegaskan jika institusi pendidikan di era sekarang harus mewaspadai timbulnya tren belajar di kalangan pelajar. “Setidaknya terdapat beberapa tren yang sudah mulai diterapkan, yaitu pembelajaran yang tidak terbatas ruang kelas. Kemudian pembelajaran yang bersifat personal dan individual, serta pelajar lebih banyak yang menyukai pembelajaran berbasis proyek dan belajar melalui pengalaman. Perkembangan tren ini juga dikenal dengan istilah Pendidikan 4.0 dan dapat mendorong perilaku inovatif dan cerdas dalam proses belajar mengajar,” imbuhnya.
Abdul Madjid merasa bahwa konsep holistik-komprehensif perlu diterapkan oleh pendidik. Karena pendidik adalah aktor utama dalam sistem pendidikan. Ini merupakan sebuah konsep pendidikan yang memiliki ciri khas kurikulum yang terintegrasi, bersifat reflektif, dan mengutamakan pengembangan sumber daya manusia.
Hal ini dianggap dapat menjadi sarana bagi pendidik untuk menerapkan Pendidikan 4.0. Sekaligus sarana bagi pelajar untuk memberdayakan psikologis sehingga mereka dapat mengontrol secara efektif atas lingkungan tempat mereka bersosialisasi.
Azam Syukur Rahmatulloh menjelaskan kondisi psikologis pelajar yang saat ini bersifat anomali. Dirinya menggunakan pendekatan Wellness, Welfare, Belonging dalam menguatkan sikap rendah hati serta perilaku positif. Pendekatan ini berbasis untuk penyehatan diri yaitu mental, kejiwaan dan perilaku. Sehingga semua proses pemberdayaan psikologis yang dilakukan berdasarkan pada penyadaran serta kontrol diri.
Azam menambahkan, bahwa pendekatan ini merupakan penekanan atas konsep “murni-tulus-konsisten”. Dimana setidaknya terdapat tiga aspek yang dibenahi yaitu aspek kesehatan (fisik dan mental), aspek kesejahteraan psikologis dan aspek kasih sayang serta rasa saling memiliki. “Pendekatan Wellness, Welfare, Belonging dapat menciptakan daya mental yang sehat dan kuat, serta dapat melatih daya pikir yang luas, kritis dan konstruktif. Para pelajar akan dilatih untuk bersikap dewasa dalam menyikapi segala keadaan dan masalah. Semua ini adalah hasil dari proses yang harmonis antara pendidik dan pelajar,” pungkas Azam. []ic
Be the first to comment