Erwin Akib Resmi Dikukuhkan Jadi Guru Besar, Kini Unismuh Makassar Miliki 28 Profesor

Erwin Akib Resmi Dikukuhkan Jadi Guru Besar, Kini Unismuh Makassar Miliki 28 Profesor
Erwin Akib Resmi Dikukuhkan Jadi Guru Besar, Kini Unismuh Makassar Miliki 28 Profesor

Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar kembali menambah daftar akademisi bergelar profesor. Melalui Rapat Senat Terbuka Luar Biasa yang digelar di Balai Sidang Muktamar ke-47, Senin (6/10), Erwin Akib,  resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Pendidikan Bahasa Inggris dengan kekhususan Penilaian dan Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa.

Dengan pengukuhan ini, Unismuh Makassar kini memiliki 28 guru besar aktif, memperkuat posisinya sebagai salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah dengan jumlah profesor terbanyak di Indonesia Timur.

Prosesi pengukuhan diawali dengan pembacaan riwayat hidup Erwin oleh Wakil Rektor I Andi Sukri Syamsuri, dilanjutkan dengan pembacaan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi oleh Wakil Rektor II, Ihyani Malik.

Penyerahan SK dilakukan oleh Kepala LLDIKTI IX, Andi Lukman, kepada Rektor Unismuh, Abd. Rakhim Nanda, sebelum diserahkan secara langsung kepada Erwin Akib.

Momen pengalungan selempang guru besar oleh Ketua Dewan Guru Besar Unismuh, Irwan Akib, menjadi sorotan tersendiri, disambut tepuk tangan ribuan tamu undangan yang memadati Balai Sidang Unismuh.

Hadir pula sejumlah tokoh penting, termasuk perwakilan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, serta pimpinan perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) dari berbagai daerah di Indonesia.

Dalam orasi ilmiahnya bertajuk “Penilaian Kritis: Implementasi Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) untuk Penilaian di Indonesia”, Erwin menegaskan bahwa pendidikan sejati tidak sekadar mengejar angka, melainkan membangun hubungan manusiawi antara guru dan peserta didik.

“Asesmen bukan sekadar alat ukur hasil belajar, melainkan ruang refleksi dan pertumbuhan bersama,” ujarnya di hadapan sivitas akademika dan para tamu kehormatan.

Ia memaparkan hasil riset terhadap 199 guru Muhammadiyah di Sulawesi Selatan menggunakan kerangka New Pedagogies for Deep Learning. Hasilnya menunjukkan guru Muhammadiyah unggul dalam kemitraan dan kolaborasi, namun masih perlu penguatan dalam literasi digital, berpikir kritis, dan refleksi Socratic.

“Ini bukan kelemahan, melainkan panggilan untuk memperbaiki ekosistem pendidikan agar lebih memberi ruang bagi eksplorasi dan kesadaran kritis,” tegasnya.

Prof. Erwin menekankan pentingnya guru yang reflektif dan humanis, bukan sekadar melek teknologi. Ia mengusulkan agar pelatihan guru Muhammadiyah ke depan berfokus pada tiga ranah utama:

  • Pertanyaan reflektif (Socratic),
  • Asesmen berbasis rubrik berpikir kritis, dan
  • Pemanfaatan teknologi yang kontekstual.

“Kecerdasan digital tanpa kesadaran moral hanya akan melahirkan alienasi baru di dunia pendidikan,” tutupnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*