Peringatan Milad ke-113 Muhammadiyah yang digelar di Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung), 16–18 November 2025, menjadi ruang pertemuan penting bagi pimpinan persyarikatan dari seluruh Indonesia. Di antara para tokoh yang hadir, Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Masrukhi, sebagai salah satu figur yang menyuarakan gagasan strategis mengenai arah pendidikan tinggi Muhammadiyah.
Masrukhi terlibat aktif dalam berbagai agenda, mulai dari konsolidasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) hingga menjadi narasumber pada Talk Show Expo PTMA. Di hadapan peserta, ia menegaskan bahwa PTMA harus tampil sebagai pelopor perguruan tinggi yang unggul, humanis, dan berkemajuan—nilai yang menurutnya menjadi identitas kuat Muhammadiyah sejak awal berdiri.
Dalam sesi dialog, Masrukhi menjelaskan bahwa perguruan tinggi memiliki peran yang jauh lebih kompleks dibandingkan pendidikan menengah. Kampus, katanya, bukan hanya wadah transfer pengetahuan, melainkan tempat tumbuhnya kedewasaan berpikir, kemandirian, serta kecakapan global.
“Perguruan tinggi tidak cukup hanya mengajarkan pengetahuan. Ia wajib membentuk karakter dan menjaga kesehatan mental mahasiswa. Di sinilah PTMA unggul melalui nilai keislaman sebagai landasan moral dan spiritual,” ujarnya.

Ia menilai PTMA memiliki peluang besar untuk mencetak generasi unggul melalui sinergi antara nilai keislaman, ilmu pengetahuan, dan literasi digital. Kombinasi ini, menurutnya, akan melahirkan lulusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas dan siap berkompetisi di tingkat global.
Masrukhi kemudian menyoroti fenomena meningkatnya tekanan psikologis pada mahasiswa. Beban akademik, tuntutan sosial, hingga dinamika kehidupan personal membuat mahasiswa semakin rentan terhadap stres dan depresi. Untuk menjawab persoalan ini, Unimus mengusung konsep “Kampus yang Aman, Memajukan, Memuliakan, dan Menggembirakan.”
“Kami memuliakan mahasiswa sebagai amanah. Mereka datang dari berbagai daerah dan negara, sehingga kami wajib memastikan mereka mendapat layanan terbaik dan merasa nyaman,” jelasnya.
Menurutnya, dosen memegang peran sentral dalam membangun atmosfer akademik yang suportif, penuh empati, tetapi tetap tegas dalam menjaga standar mutu. Lingkungan kampus juga harus ditata dengan memperhatikan aspek kenyamanan—dari ruang belajar, ruang diskusi, layanan konseling, hingga ketersediaan area hijau.
“Lingkungan kampus yang bersih, rapi, dan menenangkan akan meningkatkan kenyamanan belajar. Program pembinaan karakter serta pendampingan psikologis harus diperkuat,” tambahnya.
Di akhir paparannya, Masrukhi menyerukan agar seluruh PTMA memperkuat komitmen dalam melindungi mahasiswa, baik secara akademik maupun psikologis.
“Kita harus memastikan kampus menjadi ruang aman bagi tumbuhnya generasi berkemajuan—tanpa kasus yang merugikan, dan penuh layanan yang humanis,” tegasnya.
Gagasan Prof. Masrukhi menegaskan bahwa perguruan tinggi Muhammadiyah tidak hanya berperan sebagai pusat akademik, tetapi juga sebagai ruang pertumbuhan manusia seutuhnya—berilmu, berakhlak, dan sehat secara mental. Pada momentum Milad ke-113 Muhammadiyah, pesan tersebut menjadi pengingat penting bagi seluruh PTMA untuk terus bertransformasi dan menjawab tantangan zaman.
Be the first to comment