Refleksi Milad Muhammadiyah di FKIP UAD: Meneguhkan Spirit Dakwah, Akhlak, dan Pengabdian

Refleksi Milad Muhammadiyah di FKIP UAD Meneguhkan Spirit Dakwah, Akhlak, dan Pengabdian
Refleksi Milad Muhammadiyah di FKIP UAD Meneguhkan Spirit Dakwah, Akhlak, dan Pengabdian

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menggelar Kajian Bulanan ke-31 bagi dosen dan tenaga kependidikan, Rabu (19/11/2025) lalu. Kegiatan rutin ini menghadirkan Agus Taufiqurrahman, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang membawakan tema “Refleksi Milad Muhammadiyah”. Melalui pemaparannya, dr. Agus mengajak seluruh peserta untuk merenungi perjalanan persyarikatan sekaligus memperkuat tanggung jawab moral warga Muhammadiyah dalam menjaga kemajuan dakwah.

Di awal penyampaian, dr. Agus menegaskan pentingnya kesiapan spiritual setiap manusia dalam menjalani kehidupan. Umur, ujarnya, adalah rahasia Allah Swt., sehingga setiap orang seharusnya berada pada kondisi terbaik kapan pun takdir menjemput. Ia kemudian mengupas bagaimana para ulama menggambarkan perbedaan kondisi seseorang saat menghadapi sakaratulmaut.

“Bagi yang amalnya baik, sakaratulmaut itu ringan seperti mencabut rambut dari bubur panas. Namun bagi mereka yang jauh dari amal saleh, kematian itu berat, seperti menarik paku dari cor-coran,” tuturnya.

Ia melanjutkan dengan mengutip pesan sahabat Nabi, bahwa jika manusia benar-benar memahami beratnya sakaratulmaut, mereka akan lebih sibuk mempersiapkan diri daripada mengurus jenazah di hadapannya.

Memasuki refleksi Milad Muhammadiyah, dr. Agus menyoroti kiprah persyarikatan yang kian diakui di level nasional dan internasional. Salah satu pencapaian membanggakan adalah pengakuan Emergency Medical Team (EMT) Muhammadiyah oleh World Health Organization (WHO) sebagai tim tanggap darurat terbaik dari Indonesia.

Meski demikian, dr. Agus mengingatkan agar prestasi tersebut disampaikan secara bijak.
“Ketika kita bersyukur, jangan sampai capaian kita menjadikan orang lain tidak nyaman. Amal saleh bisa berubah menjadi pembangkit kebencian jika cara menyampaikannya tidak tepat,” ujarnya.

Ia juga menyinggung kemajuan pendidikan Muhammadiyah di Australia melalui pendirian Muhammadiyah Australian College, yang kini menampung 76% siswa dari kalangan diaspora internasional. Reputasi sekolah tersebut sebagai School of Akhlak, katanya, merupakan alasan pemerintah Australia memberikan dukungan pembiayaan renovasi.

Dalam bagian akhir kajian, dr. Agus mengingatkan bahwa peran warga Muhammadiyah bukan hanya di lingkungan kampus. Dakwah, menurutnya, harus hadir di tengah masyarakat.
“Di kampus kita menghidupkan dakwah, di kampung kita disoroti masyarakat. Dua-duanya surga. Maka lebih baik terpaksa masuk surga daripada sukarela masuk neraka,” ucapnya disambut tawa para peserta.

Ia mengajak seluruh dosen dan tendik UAD menjaga peran aktif dalam memajukan persyarikatan, memperkuat dakwah Islam yang mencerahkan, dan menjadi teladan di ruang publik. Kajian ditutup dengan harapan agar sivitas UAD turut menyemarakkan Muktamar Muhammadiyah dua tahun mendatang di Medan, termasuk mendorong inisiatif sosial kreatif seperti konvoi AmbulansMu yang berhenti di titik-titik tertentu untuk melaksanakan aksi kemanusiaan.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*