
Film biografi bertajuk Djuanda Pemersatu Laut Indonesia resmi diluncurkan pada Sabtu (22/2) di Gedung Amphiteater E6, Lantai 5, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Film ini menjadi karya kedua yang dirilis oleh Muhammadiyah melalui Lembaga Seni dan Budaya (LSB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Peluncuran ini mendapat apresiasi besar dari berbagai pihak, termasuk Ketua PP Muhammadiyah, Irwan Akib.
Dalam sambutannya, Irwan menekankan bahwa sosok Ir. H. Djuanda Kartawidjaja bukan hanya seorang tokoh bangsa, tetapi juga kader Muhammadiyah yang berperan penting dalam sejarah Indonesia. “Seluruh warga Muhammadiyah perlu memahami bahwa Djuanda adalah salah satu kader kebanggaan kita, seorang guru, serta tokoh yang mendeklarasikan penyatuan laut Indonesia melalui Deklarasi Djuanda,” ungkapnya.
Selain menjadi wujud apresiasi terhadap sosok Djuanda, film ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda Muhammadiyah. Irwan mengajak seluruh masyarakat untuk menonton film ini dan menjadikannya sebagai sumber pembelajaran serta motivasi dalam berkarya.
Kilas Balik Produksi Film
Menariknya, di balik layar pembuatan film ini, ada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang turut berperan aktif. Beberapa mahasiswa UMY yang terlibat dalam produksi film ini adalah Bintang Irfan Syahda sebagai Asisten Sutradara, Ibnu Sabtyo Nur Pangestu sebagai Talent Coordinator (Telco), serta Muhammad Kevin Adam sebagai Script Report.
Ibnu mengungkapkan pengalaman uniknya dalam mengkoordinasi lebih dari 100 talent dan pemeran figuran selama produksi berlangsung. “Senang tentunya, ini pengalaman baru. Tapi juga cukup kewalahan karena jumlah talent dan extrasnya lebih dari 100 orang,” ujarnya.
Proses produksi film ini sendiri diprakarsai oleh Production House (PH) Mixpro, dengan dukungan penuh dari Muhammadiyah. Film ini mulai digarap sejak 30 Oktober 2023, dengan Ketua LSB PP Muhammadiyah, Gunawan Budiyanto sekaligus menjadi produser dalam pembuatan film biografi ini.
Salah satu hal yang membedakan Djuanda Pemersatu Laut Indonesia dari film biografi lainnya adalah penggunaan teknologi Unreal Engine, yang juga digunakan oleh industri film besar seperti Marvel dan Disney. Teknologi ini memungkinkan pembuatan efek visual realistis dengan menggunakan green screen atau blue screen, sehingga para aktor dapat berakting di depan layar dengan latar digital yang dinamis.
Era Sugiarso, Manajer Operasional PH Mixpro, menjelaskan bahwa teknologi ini memberikan pengalaman sinematik yang lebih mendalam. “Teknologi Unreal awalnya digunakan dalam dunia game, tetapi kini dimanfaatkan dalam perfilman untuk menciptakan efek visual yang lebih hidup. Ini merupakan lompatan besar bagi produksi film di Indonesia,” jelasnya.
Muhammadiyah dan Masa Depan Perfilman
Ketua LSB PP Muhammadiyah, Gunawan Budiyanto, menyampaikan bahwa kehadiran film ini adalah bagian dari mimpi besar Muhammadiyah dalam dunia seni. Ia berharap suatu saat Muhammadiyah dapat memiliki sekolah khusus di bidang perfilman dan seni. “Dengan usaha ini, kami ingin memperluas dakwah Muhammadiyah ke dunia seni, termasuk film dan musik,” ujarnya.
Acara peluncuran film ini juga dihadiri oleh keluarga besar Ir. H. Djuanda. Melalui cucu pertamanya, Ismeth Wibowo, keluarga besar Djuanda mengucapkan apresiasi mendalam atas upaya Muhammadiyah dalam mengabadikan kisah perjuangan Djuanda melalui film ini. “Semoga film ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda. Untuk mengenal dan meneladani perjuangan beliau dalam membangun bangsa,” kata Ismeth dengan penuh kebanggaan.
Dengan peluncuran Djuanda Pemersatu Laut Indonesia, Muhammadiyah semakin menunjukkan keseriusannya dalam membangun ekosistem perfilman yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga membawa pesan kebangsaan dan nilai-nilai keislaman yang kuat. Kini, tinggal bagaimana generasi muda Muhammadiyah mengambil peran lebih dalam dunia kreatif ini. []ic
Be the first to comment