Haedar Nashir Serukan Kampus Harus Jaga Marwah, TNI-Polri Tak Perlu Masuk Lingkungan Kampus

Haedar Nashir Serukan Kampus Harus Jaga Marwah, TNI-Polri Tak Perlu Masuk Lingkungan Kampus
Haedar Nashir Serukan Kampus Harus Jaga Marwah, TNI-Polri Tak Perlu Masuk Lingkungan Kampus

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan pentingnya menjaga batas peran antara institusi negara dan dunia akademik. Ia meminta TNI-Polri tidak masuk ke lingkungan kampus, sekaligus mengingatkan perguruan tinggi untuk menjaga marwah dan otonominya sebagai ruang ilmiah dan intelektual.

Pernyataan ini disampaikan Haedar dalam acara Halalbihalal Idulfitri 1446 H yang digelar di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sabtu (19/4/2025). Menyikapi dinamika yang terjadi pasca kehadiran TNI ke lingkungan kampus Universitas Indonesia, Haedar menyerukan agar semua pihak kembali pada koridor peran masing-masing.

“Saya pikir TNI-Polri tidak perlu masuk ke area kampus, dan pada saat yang sama, kampus juga mesti menjaga koridornya. Kalau masing-masing tahu tempat, kehidupan kebangsaan akan sehat,” ujar Haedar.

Haedar juga menyebut bahwa demokrasi di Indonesia belum sepenuhnya terkonsolidasi. Meski secara formal bisa disebut demokrasi liberal, ia menilai praktiknya masih banyak tantangan dan ketidakseimbangan dalam struktur kekuasaan dan relasi sosial-politik.

“Demokrasi kita belum selesai. Konsolidasi elemen bangsa masih perlu terus dilakukan. TNI-Polri punya sejarah, civil society, dan kampus juga punya sejarah dan ruangnya masing-masing. Kalau saling mengeleminasi dan saling menegasikan, maka tidak akan selesai,” tegasnya.

“Yang dibutuhkan saat ini yaitu kepastian sistem, agar semua pihak bisa bekerja sama dalam satu sistem, dan tidak saling intervensi yang berakibat pada terganggunya proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, TNI-Polri maupun civil society lainnya harus bisa menjaga ruang dan posisinya masing-masing” jelas Haedar.

Ia mendorong agar seluruh elemen bangsa bekerja dalam sistem yang tertata, sesuai amanat undang-undang dan etika kebangsaan. Kampus, menurut Haedar, bukan sekadar tempat belajar, tapi juga simbol peradaban dan kebebasan berpikir yang harus dijaga.

Sebelumnya, publik menyoroti kehadiran Komandan Distrik Militer (Dandim) 0508/Depok, Kolonel Infanteri Imam Widhiarto. Diduga berada di kawasan Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Indonesia (Pusgiwa UI), saat acara Konsolidasi Nasional Mahasiswa pada Rabu (16/4/2025). Meski Dandim menyebut kehadirannya adalah undangan pribadi dari mahasiswa dan pihak keamanan kampus, peristiwa ini tetap menuai kritik luas.

Bagi Muhammadiyah, otonomi kampus adalah hal yang prinsipil. Sebagai bagian dari gerakan ilmu dan dakwah, kampus harus tetap menjadi ruang aman untuk belajar, berdialog, dan berekspresi untuk menciptakan peradaban yang berkemajuan. []ic

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*