Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) harus memiliki tradisi kompetitif dalam akademik dengan saling melihat prestasi satu sama lain. Begitu papar Prof Hilman Latief MA PhD saat menyampaikan orasi dihadapan ribuan mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Gedung Edutorium KH. Ahmad Dahlan UMS.
Prof Hilman turut mengangkat bahasan terkait Risalah Islam Berkemajuan yang dikaitkan dengan proyeksi bangsa Indonesia yang menghadapi Indonesia Emas di tahun 2045. “Orang-orang yang berperan penting di tahun tersebut adalah Anda, generasi muda saat ini,” tegasnya dihadapan mahasiswa baru.
Kemajuan tersebut perlu didukung pada pemahaman mahasiswa Muhammadiyah terhadap Risalah Islam Berkemajuan dengan empat isu besar.
Pertama, menempatkan Islam dan gerakan Muhammadiyah menjadi gerakan dakwah. “UMS tidak lepas dari gerakan dakwah Muhammadiyah, dengan mengenalkan sisi-sisi universal Islam kepada mahasiswanya sebagai stakeholders yang tergabung di dalamnya,” paparnya.
Insyaa Allah, lanjutnya, misi dakwah Muhammadiyah itu adalah amar ma’ruf nahi munkar dalam konteks yang sangat luas. Mulai dari konteks sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Misi dakwah yang dibawa adalah misi kebenaran dengan mendialogkan prinsip-prinsip kehidupan di tengah masyarakat yang begitu kompleksnya dan itu bukan perkara yang mudah.
Kedua, bahwa Islam atau Muhammadiyah itu sebagai gerakan untuk mencari solusi baru dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada di masyarakat. Bagi Prof Hilman, apabila generasi saat ini tidak bisa dibentengi dengan sistem yang kuat, maka bagaimana wujud Indonesia emas 2045 nanti. Inovasi sosial ini harus menjadi bagian dari cara pandang mahasiswa saat ini terlebih dalam keterlibatan mahasiswa untuk mewujudkan itu. “Ber-Islam membutuhkan energi yang besar dan upaya yang kuat. Kalau yang dimaksud Islam itu adalah Islam yang berkemajuan, berarti Islam yang berkontribusi kepada umat dan bangsa. Ini perlu kerja keras kita bersama,” tegasnya.
Ketiga, Islam sebagai gerakan ilmu. Islam sebagai gerakan ilmu yang beragama itu perlu ilmu bukan hanya emosi, beragama membutuhkan penalaran perlu suplimasi pemikiran untuk menembus kemajuan beragam. Agama tidak hanya simbol, tetapi aktual. “Dengan bergabungnya dengan Muhammadiyah, bukan hanya tergabung dalam sebuah identitas tetapi kesadaran bahwa anda tergabung dalam suatu organisasi dengan visi perubahan keilmuan yang kuat,” ungkapnya.
Keempat, yakni Islam sebagai gerakan amal. Jadi mencari ilmu itu untuk memperkuat wawasan, dan apa yang telah didapatkan bisa diterapkan pada lingkungan sekitar maupun masyarakat. “Saya yakin, mahasiswa baru UMS ini dapat menjadi individu pembawa perubahan,” pungkasnya.
Be the first to comment